Tag Archives: Bali

#tulambenmacangersang

image

Masih berasa antara takjub dan aneh dengan pilihan tagline para pewarta warga desa Tulamben ini. Eh, kalian tahu atau pernah dengar nama desa ini kan.

Biar tak makin takjub karena ada yang mention @BaleBengong dan bilang Bali Timur itu kurang peradaban karena seolah tak ada yang update tentang Karangasem di socmed.

image

Balik ke macan gersang. Kata-kata ini tetiba dilontarkan beberapa peserta kelas jurnalisme warga @slokainstitute dan CI Indonesia saat merancang materi kampanye.
Apa itu? Tulamben manis, cantik, dan merangsang.

Ternyata akronim macan gersang sering dipakai oleh warga desa ini sebelumnya. Cocok sih, karena berada di antara Gunung Agung dan Selat Lombok membuat kamu terangsang.

Secara harfiah, iya gersang. Tapi merangsang. Pokokne #melali malu ke timur Bali mare dadi ngomong soal peradaban.

Temukan geng pewarta macan gersang ini di fb group: Tulamben Macan Gersang. Termasuk untuk rekomendasi guide lokal, rekomen kuliner, pemandu selam, dan diskon alat snorkeling sampai penginapan.

Di grup anyar ini ada guru, pelajar, jero mangku, pemandu selam, pekerja BUMDes, anak ibu dagang warung Putu langganan makan siang kelas ini, dan lainnya. Pokoknya desa boleh gersang tapi menenangkan.

Galau Sabtu

Oh Sabtu. Ini saatnya menggalau?

Galau tak hanya untuk paramuda. Ibunya Bani dan Satori ini juga sering. Tiap hari. Malah sering di jalan raya, saat naik motor di tengah pikuk Denpasar. Gak terhitung mestinya belok kanan, eh lurus. Harus muter deh.

break bentar, memori melepas masa lajang hampir 10 thn lalu. publikasi perdana di blog ini. hihi. dipotrek antara lukman atau ardiles rante :)
break bentar, memori melepas masa lajang hampir 10 thn lalu. publikasi perdana di blog ini. hihi. dipotrek antara lukman atau ardiles rante 🙂

Tepatnya sih menghayal. Menambah bank ide. Bank di pikiran yang terus meningkat saldonya, bertumpuk menerima sampah yang sangat sedikit didaur ulang jadi aksi. Saking seringnya meracau dengan mahluk dalam kepala.

Di jalan saja menghayal apalagi di tempat tidur. *di frekuensi 101,2 FM sedang ada mba raiso yg nyanyik bergetar-getar, ini mbaknya kok sebegitu terkenal ya padahal lagu dan cara nyanyinya biasa aja* Continue reading Galau Sabtu

Svara Bumi di ibukota untuk #tolakreklamasitelukbenoa

Hastag #balitolakreklamasi beberapa kali direspon dengan komentar, “Tak hanya orang Bali kok yang tolak reklamasi.” Jadilah muncul #tolakreklamasitelukbenoa dan diboyong ke ibukota. Karena tak sedikit selebritis yang ingin menyuarakannya. Tanpa dibayar.

Selasa malam pukul 6.30, saya dan seorang kawan di Jakarta, Musfarayani berhitung waktu dan menimbang opsi transportasi menuju Kemang, Jakarta Selatan, lokasi Rolling Stone Café. Kami ingin menonton semua yang ada di panggung #konsersvarabumi sejak menit pertama.

Tapi kami sadar itu tak mungkin. Dari Jakarta Pusat menuju daerah padat Jaksel di jam pulang kantor dalam setengah jam? Benar saja, kami kehilangan orasi Saras Dewi, doctor muda UI berdarah Bali yang juga penyanyi ini. Juga tak bisa dengar hiphop cerdas Jogja @killthedj dan trio folks idaman tua muda @nosstressbali. Continue reading Svara Bumi di ibukota untuk #tolakreklamasitelukbenoa

Gelisah dalam kenyamanan

dari web nosstress

Album ini sudah dikemas seperti sebuah pertunjukkan di atas panggung. Sebagai pembuka, Cok menyambut dengan buaian “Manipulasi Hati” bagi pengunjung.

“.. kau seperti dewa kau buat hidup ini berwarna. Kau bagai dewa kau buat orang terus bermimpi.” Setelah koor senang dan mulai termotivasi, Kupit mengajak minum kopi di beranda rumahmu. Aransemen ulang “Tanam Saja” yang membuat kita ingin mengelus capung yang entah di mana, sulit ditemukan karena air makin tercemar.

Tapi penonton masih tersenyum. Dan mungkin akan meledak tertawa ketika “Lagu Semut” didendangkan. Kemudian mendadak tersengat ketika merenungkan lagu ini tentang apa. Dan, makin sayang dengan semut hitam yang jalan-jalan di rumah. Haha. Tapi semut hitam di album ini memberi alarm pada situasi di pulau kecilmu ini.

Ketika investor berlomba membuat resor eksotis sampai membelah bukit seperti di Pantai Pandawa, ingin mengurug Teluk Benoa agar dapat sunset dan sunrise di tengah laut. Sementara di bawah kondominium, hotel, atau villa ada nelayan yang mengais sisa-sisa rumput laut yang rusak diterjang ombak.

Maka, kutipan Gandhi yang masyur memang jadi niscaya, bumi tak akan cukup untuk satu orang yang serakah.

Continue reading Gelisah dalam kenyamanan

Dialog (Jangan) dalam Diam

foto @eshasw, doi salah satu dari personil. aminnn..

Minggu pagi, sudah pukul 9, detaknya jarumnya tak mungkin berhenti. Bani, pria 5 tahun itu saya siapkan ember hitam untuknya berendam. Laptop lusuh saya buka dan memasukkan keping CD berusia dua hari dari tanggal beli di Antida. Mengawali Hari, track pertama mengalun.

“Apa yang kita lihat/apa yang kita terima/apa yang kita rasa/semua karna kita sendiri,” suara datar Cok Bagus Pemayun sayup-sayup di antara kucuran air di tempat Bani mandi. Saya bayangkan Bani di masa depan, remaja yang dikejar pertanyaan, cita-citanya apa? Continue reading Dialog (Jangan) dalam Diam

Mahakarya Hujan, Petir, dan Guntur

Mahakarya…mahakarya..

Ikhwal mahakarya ini lahir ketika Bani, lelaki 4  tahun ini menciut nyalinya mendnegar gelegar guntur dan kilatan petir, plus hujan yang datang tiba-tiba. Ini bukan yang pertama dia super ketakutan seperti itu. Sebelumnya pernah sampai sembunyi di bawah meja di kantor Sloka, trus lima menit kemudian ketiduran di kolong meja.

Berkali-kali diajak ngobrol bagaimana terjadinya hujan, dan kenapa harus ada guntur dan petir, ga mempan. Sampai bikin istilah petir itu ibarat kentutnya langit karena dia sakit perut kebanyakan angin dan air hujan. Ga ngaruh… Continue reading Mahakarya Hujan, Petir, dan Guntur

Kotaku Ramah (Sesaat)

tukad badung yg membelah pasar badung-kumbasari

Ribuan warga berkumpul di nol kilometer Kota Denpasar, merayakan akhir tahun 2010 dengan menikmati kenangan akan kota yang kini makin padat penduduk ini. Warga berharap kota Denpasar yang lebih baik tahun ini.

Sejumlah warga terlihat tertegun dan kadang tertawa menikmati potongan-potongan gambar yang direkam oleh beberapa komunitas fotografer di Denpasar.

Seorang perempuan pedagang canang yang bengong menunggu pembeli. Si pedagang canang menyandar di tembok bangunan tua yang masih sedikit tersisa di kawasan heritage Jalan Gajah Mada. Potret ini dibingkai dalam wadah kaleng minyak yang diterangi lampu neon di dalamnya. Ada juga potret kusir dokar yang juga melamun menunggu pengguna jasanya.

“Wah, Denpasar ternyata punya dokar juga. Lama tidak melihat dokar,” seru Anik, seorang ibu bersama anak perempuannya. Ia tak ingat Denpasar punya moda transportasi dalam kota tradisional yang kelihatan indah di bingkai foto. Padahal, keseharian dokar dan kusirnya adalah keterasingan dan kesepian. Continue reading Kotaku Ramah (Sesaat)

Perempuan Bali yang Menghidupkan Ritual

dewi, tukang suun ibu hamil di pasar badung, denpasar

Tak ada perempuan Bali yang libur jika hari raya tiba. Mereka menambah jam kerja mencari uang dan juga lembur membuat aneka sesajen. Waktu 24 jam sehari terasa kurang untuk menghidupkan aura Bali dengan doa-doa dan semangat bekerja.

Ni Ketut Dewi, perempuan 17 tahun ini sedang hamil lima bulan ketika Ia berebutan dengan buruh tukang suun lainnya di Pasar Badung, Selasa (7/12) dini hari. Tiap satu jam, Ia menjunjung belasan sampai puluhan kilogram barang belanjaan pembeli dengan keranjang di atas kepala.

Ia menerima upah antara Rp 5000-15 ribu sekali angkut dengan waktu rata-rata satu jam keliling mengikuti tiap pembeli. Continue reading Perempuan Bali yang Menghidupkan Ritual