Membahas warisan pamali? Kematian toh hal yang pasti, bukan tahayul. Hanya soal waktu.
Jadi, minggu ini ada babak baru dalam hidup saya. Akhirnya, media hyperlocal yang kami kelola dimiliki publik, dalam skala kecil adalah komunitas-komunitas. Continue reading Warisanku→
Akhirnya pada 12 Oktober lalu bisa berendam dan berenang di pantai. Ya, setelah hampir 5 bulan menggunakan dan merawat luka pemasangan double lumen di urat nadi leher yang tidak boleh basah. Sayangnya pantai sedang dipenuhi padang lamun, jadi gak cukup bisa bergerak bebas.
Pasca double lumen, kini saatnya AV shunt di lengan kiri. Transisi ini menambah rasa sakit. Sakit ditusuk jarum, beberapa kali jika aliran darah macet, memar berkepanjangan, dan was-was.
Apakah dengan lepasnya double lumen, hidup berjalan seperti sebelum divonis CKD V? Tidak semudah itu. Penerimaan pada keterbatasan ternyata perlu waktu lama, saya kira cukup 3 bulan. Setiap kali bertemu kerabat dan menanyakan kabar, air mata tiba-tiba menggenang di sudut mata. Continue reading Untung masih ada kata syukur→
Ruang hemodialisa atau HD. Ruang langgananku kini seminggu dua kali, tiap Senin dan Kamis. Mulai jam 1 sampai jam 6 sore.
Kini sudah 3 kali. Perubahannya dibanding pertama kali adalah sudah mulai tidak gugup, lebih rileks walau masih takut melihat darah sendiri di mesin HD. Apalagi kalau mesin berteriak memberi peringatan kalau ada masalah misalnya darah gak bisa ditarik, terlalu cepat tarikannya, dan hal lain yang belum kupahami.
Salah satu hal yang masih membatasi gerakku di ruang HD adalah posisi harus telentang karena double lumen, semacam pipa keluar masuknya darah ini masih di bawah leher kanan. Sedangkan tangan kiri susah bergerak karena baru operasi pemasangan alat, AV shunt, yang menghubungkan pembuluh darah arteri dengan vena untuk keluar dan masuknya darah. Continue reading Kisah-kisah dari Ruang HD→
Berganti baju operasi, penutup kepala dan masker menuju ruang operasi. Tanpa sandal, lantai ruang operasi sangat dingin. Menunggu 30 menit untuk persiapan alat dalam sunyi dengan tanda tanya dan kerisauan membuncah. Apa yang akan terjadi? Katanya leherku dipasang selang untuk proses cuci darah.
Masuk ruang operasi, lantai makin dingin, baju dilepas sebagian, dibius lokal bagian bawah leher kanan, aku merasakan sayatan, kemudian tusukan, jaritan, dan dua perawat yang sibuk menyeka darah. Karena kepala harus mendongak, sangat sulit bernafas dan ini bikin tambah takut, ya tuhan cepatlah berakhir. Continue reading Hidup Baru dengan Cuci Darah→
Parade outfit gelap, dominan hitam, sebagian berjilbab, dan wajah-wajah luar biasa sumringah memenuhi arena konser Suga/AgustD di hari 3, ICE BSD, Tanggerang, 28 Mei 2023. Rasa hangat juga menyeruk di arena saat penonton menunggu antrean masuk venue konser. Saat antre toilet, saya melihat seorang menawarkan tisunya karena tisu toilet habis.
Di sekitar light banner utama, para Army saling bantu memotret. Ada yang berbagi freebies, semacam suvenir gratis seperti sticker, kue, minuman, poster, berbagai desain unik merespon profil Suga. Jangan ditanya berapa ratus warga yang meraup rejeki dadakan dari berbagai barang mirip merchandise resmi konser yang dijual di sekitar venue. Kipas, foto, kaos, name tag, bahkan desainnya sangat mirip dengan yang dijual di booth merch. Jika panitia hendak merazia para pedagang karena menyontek dan melanggar hak cipta, sangat mudah. Tapi para pedagang masih bertahan dari pagi sampai tengah malam, berdagang dengan damai. Continue reading Kelam yang Menawan di Konser Suga/Agust D→
Intro Dalam Kedangkalan memecah hiruk pikuk Pasar Kumbasari senja itu dari pinggir Tukad Badung. Sekonyong-konyong saya segera menyelesaikan pembayaran di sebuah kios buah.
Saya panik. Setelah lebih 5 jam si cawan ninja ini bersembunyi dalam liang vagina, saya tidak bisa meraihnya. Waduh, dia masuk ke rahim. Bagaimana ini?
Novel 389 halaman “Laut Bercerita” baru saja saya selesaikan. Bagian paling maraton yang dibaca malah di puluhan halaman terakhir. Saat Asmara Jati, menjadi tokoh utama menarasikan apa yang terjadi setelah kakak dan teman-temannya tak kunjung kembali setelah diculik dan disiksa tentara jelang kelengseran Suharto.
Belajar dan bermain adalah hak anak. Foto: Luh De Suriyani
Menjadi anggota Komite Sekolah di sekolah dasar anak-anak saya membuka mata jika pendidikan memerlukan peran serta orang tua lebih intens. Salah satunya memberi jeda pada rutinitas sekolah yang super padat dengan kegiatan yang kontekstual.
Misalnya usulan seorang anggota Komite baru-baru ini untuk memberi usul sekolah membuat simulasi dan pendidikan evakuasi gempa bumi pada siswa. Kepala Sekolah langsung merespon dengan membuat simulasi evakuasi gempa bumi secara mandiri setelah gempa bumi 7 SR yang merubuhkan ratusan rumah di Lombok, NTB. Continue reading Mengisi Celah Peran Ortu di Sekolah→