Adaptasi Multikultur Peranakan China di Bali

foto @gunkparameswara


Alkisah lebih dari 300 tahun lalu, hanya 12 orang penjaga perbatasan keturunan China harus menghadapi seribu prajurit yang ingin menyerang Kerajaan Bangli di perbatasan Buleleng. Selusin prajurit yang setia pada rajanya itu lalu menyalakan banyak lampion di penjuru desa untuk bisa mengamati musuh.

Prajurit lawan malah mengira titik-titik cahaya itu sebagai petanda banyaknya musuh yang harus dihadapi. Mereka takut. Ekspansi wilayah ini kemudian dibatalkan.

Demikian legenda kesetiaan warga etnis China versi generasi ke-4 marga Lie di Dusun Lampu, Desa Catur, Kecamatan Kintamani, Bangli.  Menurut Lie Giok Tian, pria 57 tahun, Ketua Perkumpulan etnis Tionghoa di Lampu ini, ikhwal nama Lampu adalah dari lampion lampion itu. Continue reading Adaptasi Multikultur Peranakan China di Bali

Hamil: Boleh Resah Asal Gak Bikin Makin Susah

Kehamilan kali kedua ini bikin loyo.

Jelang Bani 5 tahun, kehamilan ini memang direncanakan. Pertama, buka alat kontrasepsi IUD dulu dong. Proses pencabutan IUD di tempat masang dulu, klinik PKBI Gatsu tengah cukup singkat sekitar 10 menit.

Tanpa alat kontrasepsi, tak perlu waktu lama sampai aku gak menstruasi lagi. Sperma si ayah lincah dan sel telur bunda juga pintar menyeleksi satu yang terbaik. Jadilah pembuahan itu. Tidak ada yg lebih superior antara sperma dan sel telur. Jutaan sperma boleh menyerbu dengan kecepatan tinggi tapi hanya satu yang bisa diterima sel telur. Kalau tidak ada yang berkenan di hati sel telur, semua sperma akan layu. Lalu, mati.

Continue reading Hamil: Boleh Resah Asal Gak Bikin Makin Susah