Alkisah lebih dari 300 tahun lalu, hanya 12 orang penjaga perbatasan keturunan China harus menghadapi seribu prajurit yang ingin menyerang Kerajaan Bangli di perbatasan Buleleng. Selusin prajurit yang setia pada rajanya itu lalu menyalakan banyak lampion di penjuru desa untuk bisa mengamati musuh.
Prajurit lawan malah mengira titik-titik cahaya itu sebagai petanda banyaknya musuh yang harus dihadapi. Mereka takut. Ekspansi wilayah ini kemudian dibatalkan.
Demikian legenda kesetiaan warga etnis China versi generasi ke-4 marga Lie di Dusun Lampu, Desa Catur, Kecamatan Kintamani, Bangli. Menurut Lie Giok Tian, pria 57 tahun, Ketua Perkumpulan etnis Tionghoa di Lampu ini, ikhwal nama Lampu adalah dari lampion lampion itu. Continue reading Adaptasi Multikultur Peranakan China di Bali