Mendengar kabar beberapa hari ia akan kembali sungguh menyenangkan. Dua minggu terakhir ini aku sudah menghitung hari. Rasanya tak tahan lagi. Hm, ini mirip sebuah lagu. Ingat jingle-nya tapi lupa penyanyinya.
Hampir tiap hari aku bersama Bani, termasuk mengajaknya ke tempat kerja. Dan memarahinya (dengan rutin, rata-rata 2 kali sehari) seminggu terakhir. Sumber kemarahanku, coba kuingat-ingat dulu. Pertama, kalau Bani lemot.
Contohnya, pagi-pagi pas ke warung mo beli bahan masakan, Bani yang lagi nonton teve atau main laptop teriak minta ikut. Trus, aku yang sedang di sadel motor menunggunya dengan meriang karena dia pasti bengong dulu di depan pintu, main-main dengan sandalnya, kadang malah pake duduk. Dipanggil, gak nyahut. “Bani, ikut ndak?” kataku sambil berancang-ancang. “Bundaa…..(melolong) ikut,” masih males-malesan, bukannya mempercepat. Continue reading I’am (only) 35 days single parent, hore…