“Ring Tinju” di Rencana Reklamasi untuk Siapa?

band nosstress dan made mawut di aksi forbali

Wayan Renten, menyebut dirinya tokoh masyarakat di Benoa tiba-tiba bangun dari kursinya dan berteriak pada Kadek Duarsa, anak muda Ketua LPM Benoa. “Hei, siapa kamu? Pembohong kamu. Baru kemarin sore kamu. Saya tokoh di Benoa,” teriaknya.

Ia menunjuk-nunjuk Duarsa dengan galak sembari minta dukungan dari rekannya untuk menyoraki anak muda yang membawa surat Sabha Desa Tanjung Benoa dan tanda tangan penolak rencana reklamasi di Teluk Benoa. Duarsa terlihat berusaha menahan kemarahannya, suaranya bergetar menunjukkan satu bundel surat itu. “Saya Ketua LPM,” sahutnya dengan gejolak amarah yang diredam agar tak meledak karena mungkin sebal ditunjuk-tunjuk dianggap bukan siapa-siapa. Karena masih muda dan sudah berani mengkritisi rencana reklamasi di depan forum resmi para pejabat-pejabat dari Jakarta ini. Continue reading “Ring Tinju” di Rencana Reklamasi untuk Siapa?

Ikhtiar Warga Desa Bungaya untuk Berkabar

bungaya blog

I Ketut Sarjana terhenyak. Pada halaman satu google terlihat judul berita BaliPost tentang sebuah kecelakaan bermotor. Sarjana yang akrab dipanggil Pak Mangku, karena menjadi Jro Mangku ini terlihat tegang.

Saya masih tertawa. Karena sejurus lalu, kami tertawa bersama tentang gaya hidup beli motor baru warga di sebuah banjar. Warga berseloroh, karena hampir semua lebih senang beli motor baru dari pada bekas, ada ungkapan, “jual tanah, beli motor.”

Latra, rekannya sesama pengurus desa bertanya,”bisa Pak Mangku tabah baca berita ini?” Saya bingung. Tapi masih tersenyum. Continue reading Ikhtiar Warga Desa Bungaya untuk Berkabar

Atraksi Kuliner Lokal

pesan tlengis anggabaya/luhde

Nyaris semua perempatan utama di Denpasar ada dua kompatriot atau lebih tepat sekutu perusahaan makanan cepat saji dengan bahan utama ayam. Padahal menunya hampir sama, tapi bisa mendapat lokasi sangat strategis, dan berdampingan di pusat kota.

Di sejumlah perempatan, papan nama perusahaan dengan neon box gemerlap berpadu dengan patung-patung pahlawan Bali seperti I Gusti Ngurah Rai yang gugur melawan penjajahan. Patung-patung ini biasa diletakkan di tengah perempatan jalan besar sebagai pengingat tentang heroism di tanah dewata.

Penjajahan masa kini berwajah baru. Salah satunya di industri pangan dan makanan. Tentang isi perut. Seorang pedagang soto pernah membuat spanduk tentang isi perut ini dalam bahasa Bali, Weteng Wareg Gumi Ajeg. Artinya perut kenyang, bumi pun tenang.   Continue reading Atraksi Kuliner Lokal