Wine Salak Sibetan, Anyone?

foto dari karangasemcraft.com

Ribuan pohon salak adalah rumah bagi penduduk Banjar Dukuh, Desa Sibetan, Karangasem. Wilayah dengan luas hampir 150 hektar itu ditanami pohon salak hampir 90%. Tak ada blok-blok perumahan karena sistem tempat tinggalnya adalah ngubu atau membuat rumah di dalam kebun masing-masing.

Masyarakat Dukuh Sibetan hidup menyebar di antara lahan kebun salak. Tiap satu rumah menempati sebagian kecil dari luasan kebun yang dimilikinya. Jadi, secara khusus tidak ditemukan kawasan pemukiman di wilayah banjar Dukuh Sibetan, kecuali beberapa rumah dan warung di sekitar balai banjar. Walaupun tersebar, sebagian besar rumah yang ada sudah mendapat layanan listrik PLN, namun baru sebagian kecil yang mendapat layanan air PDAM. Continue reading Wine Salak Sibetan, Anyone?

Seniman Bali Frustasi Kampanye AIDS

memahami hiv/aids bersama KPAP Bali

I Nyoman Nardayana, seorang dalang wayang Cenkblonk, yang sangat kondang di Bali mengatakan pesan-pesan pencegahan HIV/AIDS yang kerap dilontarkan melalui pertunjukkannya dianggap sekadar lelucon.

“Apa yang kami lakukan kalah cepat dengan virus HIV. Pesan-pesan yang disampaikan dengan guyu (joke) malah jadi lelucon saja. Tidak masuk ke hati mereka,” jelas Nardayana yang populer karena tema cerita wayangnya soal keseharian orang Bali ini.

Menurut Nardayana, penyebaran HIV sudah sangat cepat dan sosialisasi juga gencar. “Efeknya pada masyarakat bagaimana? Banyak penonton saya yang menganggap itu hanya angin lalu. HIV ini seperti gunung es, bagaimana Bali nanti?” tanyanya. Continue reading Seniman Bali Frustasi Kampanye AIDS

Histeria dan Frustasi di Perangalas

Ditha mengajar membaca di kamar tidur

“Yang dot dadi gigolo, mbok,” sahut Gede Adi, sebut saja demikian dengan yakin. Pria muda 16 tahun yang ngebet disukai banyak perempuan ini setiap hari bangun jam 5 pagi. Rambut setengah pirangnya  yang kelimis menjadi lepek ditindih sedikitnya 10 kilogram aneka buah hingga jam 4 sore.

Adi pasti menjadi gigolo yang kuat dan tahan banting, jika Ia tetap pada pendiriannya kelak.  Setelah bosan menjadi anak buah juragan buah di kompleks Desa Perangalas, Lukluk. Continue reading Histeria dan Frustasi di Perangalas

We are a big family

Dahulu kala, ketika 2007, kami adalah pasangan pengantin baru setahun. Sloka Institute baru saja usai surat-surat resminya dan berkantor di Jalan Drupadi, Renon. Harga sewanya Rp 11 juta/tahun. Saya, anton, mercya, dan bodrek mendirikannya dengan patungan Rp 5 juta per orang. Terkumpulah 20 juta, jadi berani sewa kantor mahal.

Apa hubungannya dengan BBC? Di sini, si ayah ketemu pertama kali dengan beberapa orang blogger. Entah siapa aja, beneran saya lupa. Karena saya cuek bebek. Seingat saya, kita juga ga pernah ngobrol serius soal bloger, blog, semacamnya. Mungkin karena saya terlalu cuek, dan dia heboh. Continue reading We are a big family