Baru Nyoba Flickr, Kurang Apa Nih?

Nanya Anton, “Enaknya ratusan foto Thai diposting di mana? Multiply atau Flickr?”
“Di Flickr aja, kan langsung konek ke blogmu,” jawab Anton, Ayahnya Bani. Maka dengan cekatan si ayah nunjukkin cara posting dan ng-link ke blog. Now, aku dah lupa tahapan-tahapannya. Otak ni, gak mudah kompromi ma IT.

Tapi ternyata ribet juga untuk upload banyak foto. Makanya dikit-dikit dulu. Yah, masih nunggu dulu untuk share ke geng perjalananku (Boim, Odith, Ibnu, Master, bli Pierre). Ntar foto2 lain nyusul…

Job After Job

1. Halo Bodrek, FGD jadi gak? Kalo oke, harus mastiin waktu dan tempatnya dong

2. Pendidikan pengolahan sampah dari PPLH Bali diundur setelah kuningan aja, jadinya Minggu, tgl 3 Februari. Soale minggu ini rencana rapat panitia lounching BBC di Danes Art Veranda

3. Lanjut poin 2, mesti mastiin tempat lounching, administrasi, acara, dll

4. Mercya bilang ada tawaran menulis cerita advokasi HIV/AIDS dari lapangan untuk media massa Bali. Sabtu besok ketemuan sambil ngopi sore? Mercya asked me. Anton?

5. Wah, kok ditaruh paling buncit, padahal ini prioritas minggu ini. Bikin multply khusus Thailand (atau flickr aja?) untuk share foto dan artikel. Tentu saja artikel travel dan kuliner

Trauma Bani

Sekarang, Bani, anakku, ditinggal ke kamar mandi aja nangis. Pokoknya angsung teriak kalau bundanya udah di luar jarak pandangnya.

Ikhwal kondisi Bani ini barangkali karena lima hari kutinggal ke Thailand. Pada hari terakhir, pada 23 Januari pukul 7 pagi aku menelepon Tumik, tantenya yang menjaga di rumah. Saat itu aku masih menunggu penerbangan ke Bali dari Soekarno Hatta.

Tumik bilang Bani sakit, dan seharian gak mau makan. Bless…. air mataku langsung merembes. Jadi tontonan penunggu bandara lainnya. Hik…hik… biarin aja. Continue reading Trauma Bani

Dari Tong Sampah ke Sulap Sampah

Soal resolusi bikin tong sampah di gang rumah itu aku lempar ke NakNik Community, komunitas anak-anak gang rumah. Aku tanya, kira-kira kalau ada dua tong sampah, mau gak ya orang buang sampah kesana? Memilah sampah dulu?

Anak-anak (yang paling kecil TK, yang paling gede klas III SMP) kompak jawab, “Haha….” Sialan, mereka malah ngetawain. Yah, begitulah adanya jawaban yang jujur dari anak-anak, wajah dari ortu2 mereka dan saya, ortunya bani (orang dewasa yang gak pinter2 juga…)

Baiklah, merujuk tanggapan yang membuatku menahan rencana buat tong sampah itu, ini ada resolusi baru. Bagaimana kalau kita lihat caranya orang menghasilkan duit dari sampah? Nah, soal ini beberapa anak2 NakNik langsung tanggap. “Ya ya, Mbok Luhde, siapa tahu bisa dapet duit” Nah, kalau doku manjur…

Continue reading Dari Tong Sampah ke Sulap Sampah

Konflik Penanganan Sampah Rumah Tangga Kota Denpasar

Dimuat di The Jakarta Post

Nyaris tiap hari warga di Jl. Subak Dalem, Denpasar Utara mengeluh soal penumpukkan sampah tanpa pengelolaan di beberapa lahan kosong di daerah itu. Kadangkala sampai menyulut konflik antar tetangga. Seperti yang terjadi pada suatu pagi, 3 Desember lalu.

Bu Risma, 36 tahun, bersitegang dengan beberapa tetangga yang seenaknya menumpuk sampah di sisi timur rumahnya. Lahan kosong sebelah rumahnya itu kini hampir setengahnya tertutup timbunan berbagai jenis sampah. Kebanyakan sampah plastik seperti tas kresek, bungkus makanan ringan, dan sebagian lagi limbah sisa makanan.

Continue reading Konflik Penanganan Sampah Rumah Tangga Kota Denpasar

Pengalaman pertama dengan Who Wants To Be a Superhero?

Gak sengaja nonton tayangan luar negeri yang dibeli Trans7 ini. Tayang hari Jumat, sekira jam 5-an. Lupa, pokoknya sore. (mestinya cek jadwal acara tv di koran dulu. Sori)

Pas nonton, langsung dapet scene bagus saat peserta ditanya kapasitasnya untuk menjadi superhero. Misal, ada peserta pria mantan penari telanjang. ”Apakah kamu bisa menjadi panutan untuk anak-anak jika jadi superhero?” Dijawab: Tentu saja, saya malah mau share bahwa itu pengalaman buruk dan jangan diikuti.

Continue reading Pengalaman pertama dengan Who Wants To Be a Superhero?

Menggali Khasanah Kuliner Bali di Denpasar

Beragam masakan dan penganan khas Bali yang biasanya agak sulit ditemukan kini bisa dinikmati di festival makanan, Denpasar Food Heritage Festival 2007 yang dilaksanakan 29-30 Desember ini di pusat kota. Misalnya sate kakul (keong sawah), lawar cumi, krupuk klejat (sejenis kerang), nasi sela (ketela), dan lainnya.

Sekitar 50 meter dari nol kilometer Denpasar, dekat Patung Catur Muka, empat belas stan berjajar. Hujan deras yang datang tiba-tiba sempat membuat panik sejumlah pedagang yang bersiap menggelar dagangannya di kawasan Jalan Veteran, depan Hotel Inna Bali.

Continue reading Menggali Khasanah Kuliner Bali di Denpasar