Category Archives: Jalan-jalan

Nusa Lembongan (Must Visited)

Perahu rakyat makin banyak yang berlayar ke Lembongan, harganya terjangkau (25 ribu), makanan lokal enak, penginapan murah meriah (kecuali tahun baru-very full boked), bersepeda keliling pulau, seharian mainan di tengah laut bareng pak petani rumput laut, baca buku di atas jukung tengah  laut seharian, village walking-walking (whats mean?) , tempat pacaran bercumbu private berserakan di tebing-tebing pulau, atau… Continue reading Nusa Lembongan (Must Visited)

Wow, BBC Nafsunya Makin Besar

Menjejakkan kaki untuk kali kedua di Panti Asuhan Tat Twam Asi, di Jalan Jayagiri Denpasar, pas kopdar dan buka bareng Bali Blogger Community (BBC), Minggu kemaren.

Sebelumnya, akikahan Bani di sini. Dua kambing dijadikan sate and gule trus dibagi-bagi ke  anak-anak panti. Dua tahun lalu, penghuni panti masih anak-anak. Now, udah ABG trus cantik-cantik sekalee…. Beneran, mereka masih dengan kecantikan alaminya. Ini khusus panti buat cewek.

Kali ini bersama BBC, dermawan dari Dompet Sosial Madani (DSM) yang urunan bantuan uang juga, Animo Band, dan keluarga BBC lainnya.

Fenny, blooger ajaib, sukses jadi komandan acara ini. Everything perfect, nona. Relawan loyal lainnya adalah Pan Hendro, Jeng Arie, Mas Bowo, calon suami Novan and beloved, teman SMP-ku yang manis Viar, sopo maneh yo? Continue reading Wow, BBC Nafsunya Makin Besar

Nikmat Ramadhan di Pegayaman

“Nama saya Nengah Panji Islam,” ujar seorang laki-laki setengah baya yang sedang memakai sarung dan kopiah, seusai menjalankan sholat Ashar di Masjid Jamik Safinatusalam, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.

Saya kembali bertanya pada sejumlah orang yang saya temui di sekitar desa ini. Ketut Maulana, Ketut Kholidah, Nengah Maghfiroh, dan nyaris semua warga melekatkan nama khas Bali itu di depan nama-nama lengkap mereka yang berbahasa Arab itu. Continue reading Nikmat Ramadhan di Pegayaman

The Battle of FKY and PKB

Seru sekali judulnya ya. Haha.. Maksudnya untuk menunjukkan genderang perang di bidang kesenian memang mesti berani ditabuh. Bahwa kesenian dan pertunjukkan seni budaya memang berani diadu. Bidang ini, antara lain seharusnya kompetitif dalam memuaskan hasrat penonton dan pemujanya.

Nah tahun ini, nyaris pada saat yang sama, Pesta Kesenian Bali (PKB) dan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) dihelat. Dari segi daerah pelaksana, dua provinsi ini juga layak diadu. Punya tradisi, kesenian, dan budaya yang dijual untuk pelancong. Keduanya juga sudah berusia cukup tua. FKY berusia 20 tahun, dan PKB, hampir 30 tahun. Nah, sekarang yang saya adu adalah bagaimana FKY dan PKB punya potensi memuaskan hasrat penontonnya? Karena saya yang menulis, pasti menuruti nafsu sendiri ya. Hehe

Tetapi, saya berusaha menguraikannnya untuk mendekati (sedikit) objektif dengan data dan fakta. Saya mulai dengan kesan pertama. Ketika menginjakkan kaki di Benteng Vredeburg dan Taman Budaya Yogyakarta, pusat kegiatan FKY. Saya merasa jauh terpelanting dari suasana pasar malam PKB. Continue reading The Battle of FKY and PKB

Naskleng, Goban Ci Cara Gareng

Hilir mudik di Malioboro selama 23-27 Juni ini, kesenangannya cuma satu. Cuci mata. Wajah, pakaian, dan perangai turis-turis sebangsa. Barangkali saya juga bagian dari objek cuci mata pihak lain. Hmm…

Lalu lalang ribuan orang tiap hari, sebagiannya mungkin turis yang sama, karena menginap di daerah Malioboro. Seperti saya dan Bani. Celakanya, selama lima hari di pusat turis di Jogja ini mata saya belum menangkap desain kaos lucu. Maksudnya tshirt unik yang dipake orang. Adanya cuman Billabong, Quiksilver, freestyle, dan kaos-kaos yang menjual trade mark alias merek lainnya. Kaos yang tak terlihat mereknya pun nyaris sama, semuanya dengan desain khas kaos distribution outlet (distro). Menggunakan kata-kata berbahasa Inggris pendek, yang bagi saya pesannya nggak jelas.

Continue reading Naskleng, Goban Ci Cara Gareng

Bersama Lucy Sepanjang Hari

Lucy, 20 tahun, perempuan ranum berambut cokelat. Kakinya jenjang, tubuhnya atletis. Sorotannya teduh. Menemani Bani, Ayah, dan aku sepanjang hari ia tak mengeluh. Bahkan ketika petir dan kilat menyambar-nyambar tubuhnya Minggu sore (23/3) kemarin.

Langit biru yang cerah tiba-tiba menghilang cepat. Selimut mendung segera menitikkan hujan. Belum lima menit, rintik berubah menjadi deras. Gemuruh petir menambah muramnya sore itu.

Kami dipaksa hengkang dari Puri Pemecutan oleh hujan. Padahal belum ada informasi apa pun soal puri megah ini. Kami hanya menerka-nerka kejadian-kejadian yang terjadi sebelumnya di rumah Raja Pemecutan. Sebuah mural soal pruralisme lah satu-satunya cerita yang menemani kami sore itu. Continue reading Bersama Lucy Sepanjang Hari

Orgasme Hari Ini

Cuit..cuit…akhirnya valentine-an. Setelah seperempat abad tidak ada peristiwa istimewa di pink day ini. Masih mending deh ada satu hari di mana kasih sayang punya momentum. Kadang memang sesuatu harus ditandai, walau kita melakukannya tiap saat. Yah, misalnya kaya BBC yang (mesti) ada launchingnya.

Dari pada di Aceh dan Padang yang pemerintah setempatnya melarang segala sesuatu (tindakan, peristiwa, ide) soal valentine day ini. Gila, ide aja dilarang. Alasannya nggak logis dan cenderung merendahkan remaja. Takut anak muda terjerumus dalam….(tahu sendiri kan lanjutannya…)

Baiklah, soal orgasme. Yup, orgasme hari ini. Ayah Bani mengeluarkan jurus barunya (yang sebelumnya ditanggap dingin, apatis, hedon).

Setelah menitipkan Bani (maaf, nak. Bani belum bisa nyoba kaya gini) ke bude-nya, Ayah langsung tancap gas ke Sanur. Ia sudah menyusun rencana-rencana khusus untuk mempraktekkan jurusnya itu.

### Maaf, sudah hampir tengah malam, dan aku harus menyusul Bani (dan Ayah ke kasur). Besok lanjut lagi…….

Baru Nyoba Flickr, Kurang Apa Nih?

Nanya Anton, “Enaknya ratusan foto Thai diposting di mana? Multiply atau Flickr?”
“Di Flickr aja, kan langsung konek ke blogmu,” jawab Anton, Ayahnya Bani. Maka dengan cekatan si ayah nunjukkin cara posting dan ng-link ke blog. Now, aku dah lupa tahapan-tahapannya. Otak ni, gak mudah kompromi ma IT.

Tapi ternyata ribet juga untuk upload banyak foto. Makanya dikit-dikit dulu. Yah, masih nunggu dulu untuk share ke geng perjalananku (Boim, Odith, Ibnu, Master, bli Pierre). Ntar foto2 lain nyusul…

Menggali Khasanah Kuliner Bali di Denpasar

Beragam masakan dan penganan khas Bali yang biasanya agak sulit ditemukan kini bisa dinikmati di festival makanan, Denpasar Food Heritage Festival 2007 yang dilaksanakan 29-30 Desember ini di pusat kota. Misalnya sate kakul (keong sawah), lawar cumi, krupuk klejat (sejenis kerang), nasi sela (ketela), dan lainnya.

Sekitar 50 meter dari nol kilometer Denpasar, dekat Patung Catur Muka, empat belas stan berjajar. Hujan deras yang datang tiba-tiba sempat membuat panik sejumlah pedagang yang bersiap menggelar dagangannya di kawasan Jalan Veteran, depan Hotel Inna Bali.

Continue reading Menggali Khasanah Kuliner Bali di Denpasar