Category Archives: media

Resah dan Gelisah seorang Jurnalis

Kepada Yth. Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia
Hal : Surat Terbuka
Judul : Membagi Rata Tanggung Jawab Integritas

Dengan hormat,
Kebebasan pers kita terancam. Oleh pemilik media. Fenomena klasik yang jamak. Apanya yang baru?

Bahkan orang menambahkan: oleh pemasang iklan juga. Juga lembaga rating. Lalu dalam kalimat susulan: hampir di semua negara mengalami hal yang sama, bahkan di negara maju yang amandemen pertama konstitusinya adalah tentang kemerdekaan pers! (sekalipun).

Jadi, pandai-pandai lah meniti buih, kata para wartawan senior. Itulah seninya bekerja sebagai wartawan di industri media. Lagipula bekerja di media mana pun akan sama saja situasinya. Bila tidak suka intervensi pemilik, maka pilihannya melawan atau mundur. Atau ganti profesi. Continue reading Resah dan Gelisah seorang Jurnalis

Isu Hot itu Seperti Apa?

Jurnalisme kembali menggairahkan. Senang sekali dapat fokus liputan di isu-isu kesehatan, NGO, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat. Tengkyu Bli Jun dan Mas Har di Jakarta Post Bali.

Tidak seperti wartawan harian lain yang menunggu peristiwa hari itu untuk straight news, aku harus merencanakan liputan sendiri. Maklum, isu-isu ini, apalagi wilayah advokasi NGO, bukan isu hot untuk sebagian besar media harian.

Mulailah aku membuka ingatan dan rajin-rajin ngobrol untuk mendapatkan bahan menarik. Contohnya soal RUU Pornografi (dulu namanya RUU Pornografi dan pornoaksi), serta IPST Sarbagita di TPA Suwung. Ini dua cerita yang menggairahkan minggu lalu. Continue reading Isu Hot itu Seperti Apa?

Warga Perlu Mengawal Kebebasan Media

Sekitar 50 konsumen media di Bali mendiskusikan pelanggaran oleh media. Antara lain kurang diperhatikannya kepentingan publik, tidak jelasnya batas antara iklan dan berita, serta kurang terlibatnya warga sebagai konsumen media. Karena itu warga juga perlu berdaya untuk mengimbangi kebebasan media tersebut. Rembug warga konsumen media itu dilaksanakan di Danes Art Veranda, Denpasar Minggu (27/7) malam kemarin. Continue reading Warga Perlu Mengawal Kebebasan Media

Ayo, Konsumen Media Bersatu

Hasil Ngobrol Santai, Cafe Art, 19 Juli 2008
Persiapan Rembug Warga Konsumen Media

Beberapa hal yang didiskusikan:

Ikhwal gagasan rembug konsumen media: hasil diskusi, perbincangan milis, dsb soal kualitas informasi media. Misalnya terbatasnya ruang koreksi bagi pembaca, tingginya intensitas berita iklan yang terselubung, sulitnya bagi isu-isu non politik dan kriminal masuk ke meja redaksi. Selain itu Bali belum melakukan gerakan edukasi konsumen media sebagai upaya mengkritisi pemberitaan, melakukan koreksi, dan lainnya. Fakta yang tersembunyi adalah banyak yang tidak paham bahwa tanda bintang adalah iklan bahkan anggota DPRD, pejabat eksekutif, dll. Persoalannya berita macam ini bermuatan serius, berdampak psikologis, yang berdampak sangat luas pada publik.

Mengajak semua elemen/individu terlibat dalam rembug warga ini sebagai pelaksana dan peserta aktif: sebagai upaya mendidik konsumen media dan hak pembaca atas informasi untuk publik. Apalagi kita semua berkepentingan pada kualitas informasi di media. Pada pertemuan awal sabtu lalu (19/7) yang akan mengawal rembug warga ini adalah Walhi Bali, Bali Journalist Organizer, Sloka Institute, Kisara PKBI, Popo Danes. Lembaga atau individu lainnya silakan bergabung dalam pelaksanaan rembug nanti. Continue reading Ayo, Konsumen Media Bersatu

Perayaan Setahun Jurnalisme Warga Bali, balebengong.net

Sebagai langkah awal, kami mencoba menggugah kesadaran dan partisipasi warga dalam portal jurnalisme warga serta bagian dari kampanye kebebasan informasi untuk publik.

Membuka kesempatan trainning singkat menulis kreatif dan mengetahui seluk beluk jurnalisme serta pelatihan ngeblog gratis. Continue reading Perayaan Setahun Jurnalisme Warga Bali, balebengong.net

"Jangan Baca Berita Tanda Bintang"

jangan-baca-1.jpg

Gerakan ini didedikasikan untuk pembaca surat kabar yang telah dibodohi karena membaca tulisan pesanan. Perhatikan tiap berita yang mencoba memanipulasi pembaca dengan menyertakan tanda bintang (*) di akhir artikel.

Makin banyak media yang berani menurunkan berita pesanan (yang bisa dibeli) tanpa memberi tanda bahwa itu advetorial atau berita iklan. Bahkan, berita itu tidak biberi garis api-tanda tegas untuk membedakan iklan dan berita.

Tragisnya lagi, berita tanda bintang makin merajalela, tak lagi malu-malu. Berita iklan kini di halaman depan alias headline!

Maka dari iru, demi manusia yang makin tengik, bumi yang makin terbakar dengan gombal dan narsis yang tak beradab, sudahilah membaca artikel tanda bintang. Kalau perlu, jangan beli korannya.