“Aku, selalu suka hujan di bulan Desember,” begitu kutipan lirik ERK, band intelek ini. Juga saya, banyak orang, seusai musim panas yang sangat menyengat tahun ini di Bali. Tapi, kata suka mudah berubah jadi panik ketika air hujan masuk rumah.
Maka jadilah, saya mengundang teman yang bisa membuat lubang biopori ke rumah. Dalam waktu satu jam, jadilah dua lubang bipori, kedalaman sekitar 1,5 meter di halaman depan dan belakang. Rumah kami lebih rendah dari jalan, jadi air hujan mudah masuk dan menggenang. Dan, benar saja, satu lubang biopori cukup ampuh meredam luapan air saat hujan deras.
Tak langsung lenyap, tapi airnya masuk secara perlahan ke dalam tanah. Barangkali tak mudah meresap karena bekas-bekas semen ketika membangun rumah di lapisan tanah dan sampah plastic yang mengendap. Continue reading Cerita Air, Kini dan Nanti