Upaya menahan laju penduduk di Bali terhadang kesenjangan penggunaan kontrasepsi antara pria dan wanita. Total pria pengguna kontrasepsi hanya 0,1 persen dari seluruh pengguna kontrasepsi di Bali yang berjumlah sekitar 625 ribu.
“Kesertaan KB (Keluarga Berencana) pria di Bali dari tahun ke tahun terus menurun. Survei Demografi Kependudukan Indonesia pada 2007 menyatakan penggunaan alat kontrasepsi pria di Bali hanya 0,1%, jauh dari target,” ujar Kepala Dinas Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali I Ketut Sutjita, Rabu kemarin.
Sedangkan target program Pembangunan Nasional 2001 adalah 8% pria yang melakukan program kontrasepsi. Pilihan metode kontrasepsi bagi pria penggunaan kondom atau vasektomi. Sementara senggama terputus dan pantang berkala dinyatakan paling besar potensi kegagalannya.
KB adalah program perencanaan keluarga di Indonesia meliputi pengaturan kelahiran dan ketahanan keluarga.
Sementara penggunaan kontrasepsi di Bali masih didominasi perempuan yakni 70%. “Kebijakan program dan komitmen politis yang dikembangkan selama ini masih bias gender karena alat kontrasepsi yang tersedia dan sasaran advokasi lebih difokuskan untuk perempuan,” tambah Sutjita ketika membuka pelatihan vasektomi bagi bidan dan dokter di Bali.
Tak hanya di Bali, secara nasional kesertaan KB pria sangat rendah yakni 1% dibandingkan dengan negara-negara Islam lain seperti Pakistan (5,2%), Bangladesh (14%), dan Malaysia (17%).
Menurut hasil penelitian, rendahnya partisipasi pria antara lain karena promosi pelayanan KB pada pria rendah. Hal ini karena mereka berpendapat cukup dengan memberikan dukungan pada istri. Lalu sistem paternalistik, yang membuat laki-laki merasa lebih superior.
Dengan kondisi penggunaan alat kontrasepsi seperti ini, Sutjita memperkirakan penduduk di Pulau Bali akan meningkat sekitar 4% menjadi 3,9 juta orang pada 2009.
Dokter spesialis bedah urologi di Rumah Sakit Sanglah Denpasar Gede Wirya Kusuma Duarsa mengatakan kesertaan KB pria harusnya 50%, sama besarnya dengan wanita. Namun kontrasepsi pria yang modern seperti kondom dan vasektomi malah tidak diminati karena mitos impoten.
“Vasektomi adalah cara kontrasepsi yang paling sederhana dan aman bagi pasangan yang sudah punya banyak anak. Sayangnya karena ini tindakan pada alat kelamin, maka ditakuti oleh pria,” ujar dokter yang kerap melakukan operasi vasektomi ini.
Vasektomi adalah tindakan operasi kecil pada testis dengan menutup saluran sperma. Tindakan ini lebih ringan dari pada sunat dan dapat dilakukan dengan atau tanpa pisau.
Vasektomi bukan pembuangan buah pelir karena tetap dapat melakukan senggama seperti biasa. Air mani tetap dapat dikeluarkan tapi sudah tidak mengandung sperma lagi. Caranya dengan memotong saluran sperma sekitar 0,5 – 1 cm. Penderita penyakit tertentu seperti hernia atau peradangan buah zakar tidak bisa bisa memilih metode ini.
“Dari hasil suvei pelaku vasektomi, diketahui tidak ada perubahan fisik atau emosional akibat operasi ini. Bahkan 61% responden menyatakan kepuasan seksnya membaik,” ungkap dokter Duarsa.
Namun, informasi penting ini tampaknya tak sampai ke telinga masyarakat awam. Seperti halnya Ni Wayan Merta, 42 tahun. Ia mengaku tidak mungkin meminta suaminya vasektomi karena perasaan tidak enak. “Saya merasa berdosa,” ujar perempuan dengan lima anak ini.
Merta termasuk warga miskin yang kerap kesusahan mengurus kelima anaknya. Beberapa kali ia harus memindahkan rumahnya yang semi permanen itu ke tanah kosong lain karena tak diperpanjang kontraknya oleh pemilik tanah. Sementara tiga anaknya hanya disekolahkan sampai SMP karena tidak cukup biaya. Dua lainnya masih berusia 12 dan 13 tahun.
Merta mengaku beberapa kali ganti alat kontrasepsi karena tidak cocok. “Terakhir, 12 tahun lalu saya pakai KB suntikan tapi saya capek enam bulan menstruasi terus. Bagaimana saya bisa kerja?” ujarnya. Ia bekerja sebagai buruh di pasar dan sisanya di rumah menjual bahan sembahyang.
Kepala BKKBN Bali Sutjita mengaku harus bekerja keras untuk merubah paradigma bias gender dalam pemenuhan kesehatan reproduksi ini. “Laki-laki juga punya kewajiban yang sama dalam menggunakan KB untuk perencanaan keluarga yang lebih baik,” tambahnya.
http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/14/contraception-use-among-males-dismal-01-percent-official.html
hmm… hmm… hmm… Sepertinya saya masuk kategori yang 99,99 persen itu Mbok…
kalo pake kalender bahaya yach ;))