Delapan perempuan asing mengikuti ajang pemilihan King dan Queen Kuta Karnival di Pantai Kuta, Rabu ini. Untuk pertama kalinya, mereka dihias ala Bali. Proses make up yang melelahkan karena sebagian di antaranya dihias selama tiga jam.
Seperti dialami oleh empat perempuan muda, Ashley Greavef, Natasha Griffin, Kylie, dan seorang peserta Thailand Ploy Canmy. Selama tiga jam mereka berada dalam satu kamar kecil di salah satu ruangan Satgas Pantai Kuta.
“For me, it just fun. A day to be a Baliness girl,” said Natasha smilling.
Dua perempuan Bali yang mendandani mereka terlihat antusias memasang berbagai perlengkapan rias. Yang paling memakan waktu lama adalah menghias rambut untuk membentuk sanggul (gelungan rambut) khas Bali lengkap dengan hiasan bunga dan emas.
Total jumlah peserta 12 orang, empat di antaranya peserta pria, calon king. Peserta pemilihan King dan Queen ini berasal dari sejumlah negara seperti Australia, Belanda, Jepang, dan Thailand. Tertua adalah pasangan asal Belanda, Hans dan Elizabeth, 70 tahun, utusan dari Mamanini Desaign and Printing.
Sebagian peserta adalah utusan dari beberapa hotel atau perusahaan sekitar Kuta. Sementara sebagian lainnya adalah peserta yang mendaftar individu jelang acara dimulai.
Penilaian dilakukan oleh tiga juri meliputi penampilan busana dan makeup, wawasan soal Bali, dan kemampuan di panggung.
Tidak seperti pemilihan ratu-ratuan lainnya, semua peserta tidak mengetahui aspek penilaian sampai beberapa menit sebelum acara dimulai. Seorang panitia baru memberi arahan singkat apa yang harus dilakukan peserta di panggung.
“Anda berjalan di panggung, nanti ada sesi pidato selama tiga menit soal apa yang Anda tahu soal Bali,” ujar panitia.
Last minute announcement ini agaknya karena bukan disengaja tapi ketidaksiapan panitia pemilihan King-Queen Kuta Karnival ini.
Stevan, calon King dari Australia dan temannya bahkan harus mondar-mandir mencari panitia untuk minta informasi apa yang harus dia persiapkan. “what i have to do, just sit?” tanyanya pada saya yang kebetulan ada di depannya.
Saya bilang aja, “please wait a minute. Someone will help to dress you up after that girl. Will quicker, i think only 10 minutes and done, you ready to be a king then.”
Adegan itu hanya 15 menit sebelum MC membuka acara.
Kebetulan saya dua jam sebelum acara dimulai sudah nongkrong di arena lomba. So, this is about story on the back stage.
But, peristiwa menarik memang lebih asyik ada bagian dramatisnya.
Selain itu, kali lebih menarik kalo peserta tampil serba dadakan ketika tampil. More natural gitu kali yeee…
Ada fotonya ga mbok Lode?
Maap tempo hari saya hanya sebentar di Booth BBC, lain kali lebih lama lagi.
eh masuk tipi kmrn 😀
hayay.. seru juga ya, jadi kayak reality show.. 🙂
Kirain ada yang ‘telanjang’. Duh maaf ya bune. Mohon dimaklumi, otak para lelaki.
hendra: ada fotonya tuh. artistik banget, tapi sayang UU porno dah keburu disahkan. Saya males berdebat ma polisi moral soal perbedaan foto artistik dan foto porno.
tunikniki: seru seru saru…
didut: kamu liat kan aku bermetamorfosis jadi bule? huahuahuuuuu
adi: ya, karena requestmu, aku tlah tampilkan foto2 itu bli…
Biarpun bukan orang Bali tapi Bali is my second home, gak ada duanya, selalu ada sesuatu yang bikin aku pingin balik lagi kesana.