Orgasme Hari Ini Part II

Berahi mulai meluap karena hari makin terik. Jalanan yang cukup hangat saat itu, makin menyemangati kami.

Lokasi pertama pilihan ayah untuk memuaskan nafsu hari itu adalah Warung Pregina, Jl Danau Tamblingan Sanur. Saya memilih Be Siap Metok-tok. Di piring saya kini terhidang paha montok ayam negri. Kulitnya kuning langsat, tidak terlalu berminyak. Taburannya cabe merah besar yang dipotong kasar. Semangkuk nasi ditabur bawang goreng dan plecing kangkung di sisi piring yang lain.

Sambal kok cuma potongan cabe, apa rasanya? Saya menggerutu. Saya sendokkan beberapa jumput cabe merah membara itu. Weit…ternyata asoy. Nggak nyangka. Saya mendecap-decapkan lidah. Lidah tak paksa berpikir menguak rahasia di baliknya. Nah lo..

Horee, lidahku berhasil. Si lidah lalu meneruskan hasil risetnya ke otakku. Saking menggebunya berahiku hari itu, otak saya jadi tak berfungsi. Untunglah masih ada otak cadangan, lidah. Si lidah (yang berwarna keputihan karena nggak pernah dibersihkan ini) mengidentifikasi bahwa rahasia kegurihan sambal yang amat minimalis itu adalah lengis tandusan alias minyak kelapa perawan-virgin coconut oil.

Baiklah, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari si tandusan ini untuk isi dapur nanti.

Tiga puluh menit di Pregina, ayah tancap gas dengan legenda-nya yang ceper itu (rasanya menembus bumi setelah berat badanku-72 kg menggencet Legenda itu). Tak sampai lima belas menit, dia menemukan tempat memadu kasih kedua. Kopi Bali House di Jalan Bypass Ngurah Rai.

Perut kenyang, kantong menipis. Keputusannya adalah mesen minum aja deh, nggak usah ngintip menu lagi.

Pilihan saya frozen green tea, ayah cofee nutty. Setelah melahirkan Bani, saya kok nggak nafsu ma kopi. Padahal sebelumnya addict. Nggak minum kopi pagi hari dipastikan kepala seolah-olah ditusuk-tusuk paku. Horor..but its true

Kami duduk di bawah payung Bali warna merah yang buesar, berasa penganten. Bercengkerama mesra, sambil memainkan jari sendiri. Sesekali mengerling ayah dengan tatapan membara. Adakah kau tau, ayah, perasaanku jumpalitan tak tentu.

Bukan karena kau ayah, tapi tak sabar tuk menyesap teh ijo dengan buble dan krim koncok di atasnya…(gambar di buku menu kaya gitu sih, menggoda).

Jreng..jreng sebentar kemudian, setelah saya bisa menguasai pikiran yang gaduh itu, hisapan green tea pertama sudah memenuhi kerongkongan. Jlep, jlep, edan! Tinggal separuh. Cepat amat sih greentea ini lenyap.

Sambil lirik-lirik cofee nutty-nya ayah (Gila, si ayah nggak kalah merem melek sambil senyum sendiri), saya mencari kesempatan yang bagus untuk meraih tangannya. Saya berhasil merebut cofee nut itu darinya. Hehe…

Slurpp… Sialan, lebih enak si nut ini. Baiklah, ayah udah berhasil merebut kembali kekuasaannya siang itu, si nut udah kembali disesapnya.

Saya membuang muka ke jendela. Nun jauh di bawah sana, tiga pria berkotor-kotor menggali tanah depan rumah kopi ini. Entah menggali apa, pokoknya mereka kesulitan banget membongkar bongkahan batu kapur itu. “Ayah, mudah-mudahan bapak itu orgasme setelah gali-gali itu ya. Kita ngeluarin duit 50 ribu untuk dua gelas minum, sama kali dengan upah si bapak.”

“Ya, habis ini kita juga mesti gali lubang tutup sumur.” Ini perumpaman yang disebut Bodrek, teman kami.

10 thoughts on “Orgasme Hari Ini Part II”

  1. Beh Men Bani patuh ternyata ajak Pan Bani …
    Judul ne menepu semua hahahahahaha …

    Men Bani, jangan nak e terlalu menggairahkan menjelaskan makanan ne …
    Ngetel ne jadi ne membayangkan nikmat ne paha montok ayam negri …
    Dini jeg cara raksasa ayam ne puk …
    Jeg paha ne gede – gede sajan …
    Sajan ayam disuntik hormon pertumbuhan …
    Gede gede sing jaen …

    -kangen makanan bali-

  2. 50 rebu untuk dua gelas minuman.
    Sebaliknya pria berkotor-kotor belon tentu mendapatkan 50 rebu untuk upahnya seharian .

    bisa orgasmekah kita ?

Leave a Reply to dobelden Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *