Musik Indonesia untuk Laut Bercerita

sumber: iwanfals.co.id

Novel 389 halaman “Laut Bercerita” baru saja saya selesaikan. Bagian paling maraton yang dibaca malah di puluhan halaman terakhir. Saat Asmara Jati, menjadi tokoh utama menarasikan apa yang terjadi setelah kakak dan teman-temannya tak kunjung kembali setelah diculik dan disiksa tentara jelang kelengseran Suharto.

Bapak hidup digerogot kesedihan, Mas. Sejak kau diculik; sejak kawan-kawanmu yang diculik dikembalikan dan sebagian tetap tak ada kabarnya seperti dirimu;…….

Masih hidup, segar, dan setiap hari Minggu datang dan masak bersama mendengarkan lagu-lagu The Beatles atau Louis Amstrong. Sekarang setiap aku mendengar lagu “Blackbird” atau “What a Wonderful World”, aku mendadak gemetar dan selalu harus permisi pergi ke toilet untuk duduk dan terisak-isak karena segalanya semakin sulit.

Demikian kutipan surat Asmara Jati pada kakak laki-lakinya Biru Laut pada April 2002. Empat tahun Laut tak kembali setelah diculik. Dua karibnya yang disiksa pada lokasi dan waktu sama, Alex dan Naratama malah dilepaskan. Keduanya dikisahkan sudah memberikan testimoni pada publik dalam dan luar negeri bagaimana kejinya sejumlah oknum aparat menyiksa belasan pemuda karena beberapa kali protes pada kediktatoran Suharto dan antek-anteknya.

Matilah engkau mati/Kau akan lahir berkali-kali”, begitu karya Sang Penyair yang jadi prolog dan epilog karya penulis perempuan, Leila S. Chudori ini.

Biru Laut, tokoh utamanya, seorang mahasiswa di Jogjakarta, ditembak di atas bukit karang, di tepi laut. Diceburkan dengan kaki digantungkan besi pemberat, lalu tak kembali. Dari samudera laut, kisah-kisah ini dimulai.

Aktivis mahasiswa ini mulai bersuara dan menggalang strategi perlawanan sejak tahun 1990an. Sejak 1996 jadi buronan, harus mukim berpindah-pindah dan meninggalkan kampus sembari menyusun gerakan.

Kesadaran dipupuk dari diskusi buku-buku gerakan revolusi, sastra, politik, lalu buka mata dan telinga pada kasus-kasus perampasan tanah oleh negara, penggusuran petani, dan penculikan. Buku-buku Pramoedya Ananta Toer salah satu yang sembunyi-sembunyi dibaca dan disebar dengan foto kopi karena tak ada yang berani memajang. Namun semuanya seolah senyap, berganti citra negara tentram damai di bawah kendali Suharto dan kroni-kroninya.

Novel ini senafas dengan karya Chudori sebelumnya, Pulang. Novel ini juga diadaptasi dari kisah nyata para eksil, tahanan politik yang terpaksa melarikan diri ke luar negeri karena dikejar-kejar Orde Baru. Mereka dianggap mengancam negara karena kritis dan komunis.

Secara umum narasi Laut Bercerita menggugah, dan penting. Mendekatkan kita pada tekanan psikis aktivis dan keluarga korban penghilangan paksa ini selama bertahun-tahun sampai kini, 20 tahun setelah reformasi.

Namun, ada satu hal yang membuat bertanya, kenapa semua lagu-lagu yang menjadi bagian sejarah perjuangan ini didramatisasi melalui lagu-lagu dari musisi luar negeri. Apakah di masa itu tak ada lagu musisi Indonesia yang menjadi referensi telinga para aktivis ini?

Namaku Bento rumah real estate
Mobilku banyak harta berlimpah
Orang memanggilku boss eksekutif
Tokoh papan atas atas segalanya

Asyik

Wajahku ganteng banyak simpanan
Sekali lirik oke sajalah
Bisnisku menjagal jagal apa saja
Yang penting aku senang aku menang

Persetan orang susah karena aku
Yang penting asyik sekali lagi

Asyik

Khotbah soal moral omong keadilan
Sarapan pagiku
Aksi tipu tipu lobying dan upeti
Woow jagonya

Maling kelas teri bandit kelas coro
Itu kantong sampah
Siapa yang mau berguru datang padaku
Sebut tiga kali namaku Bento Bento Bento

Asyik.

Lagu Bento tayang 1990, di era ketika mahasiswa-mahasiswa tokoh buku ini semester akhir. Ciptaaan Iwan Fals dan Naniel saat tergabung di band Swami bersama Setiawan Djodi, Innisisri, dan Nanoe pada tahun 1989, dengan bantuan aransemen Sawung Jabo. Jika membaca ulasan Andreas Harsono tentang Dewa dari Leuwinangung yang pernah dinobatkan Majalah TIME sebagai “Pahlawan Asia” ini bisa dipahami apa yang makin menyulut aktivisme Iwan Fals.

Arief Budiman memancing Iwan Fals untuk masuk ke dunia aktivis. “Seniman harus tahu politik,” katanya. Budiman cerita soal Victor Jara dari Chile, pendukung Presiden Salvador Allende, yang terbunuh ketika Jenderal Augusto Pinochet mengudeta pemerintahan sosialis Allende pada 1973. Budiman mengerti Chile dengan baik karena tesisnya di Universitas Harvard tentang kegagalan Allende memakai sosialisme. Victor Jara seorang pemusik popular mirip Fals. Lagu-lagu Jara penuh kritik sosial. Jara juga main gitar akustik. Jara mati bersama dengan Allende.

Arief Budiman adalah dosen progresif, kakak aktivis So Hok Gie. Tak sedikit karya Iwan Fals lainnya yang memiliki kedalaman narasi ketidakadilan sosial, sehingga kaum marjinal merasa terwakili.

Jika menambah deretan daftar lagu yang cocok menjadi bagian narasi Laut Bercerita di era Orde Baru, itu adalah Bongkar.

Ternyata kita harus ke jalan

Robohkan setan yang berdiri mengangkang

Oh oh ya oh ya oh ya bongkar

Oh oh ya oh ya oh ya bongkar

Oh oh ya oh ya oh ya bongkar

Oh oh ya oh ya oh ya bongkar

 

Semua lagu band Swami ini penuh majas dan reaksi, campur baur metafora dan realita. Cara yang indah untuk mewujudkan sebuah lagu. Menebak-nebak maksudnya sambil merefleksikan dengan sekitar.

One thought on “Musik Indonesia untuk Laut Bercerita”

Leave a Reply to PanDe Baik Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *