Musik berkisah di beranda rumah

Pukul 6 pagi. Alarm hape jadul mencicit. Biasanya yang sudah bangun duluan Anton. Dia kerap bangun dini hari untuk buka laptop, tapi kalau tidurnya lebih awal maksimal pukul 9 lah.

Menjerang air, seduh kopi. Kemudian Bani bangun, dan terakhir Satori. Nah, si adik ini juga biasanya mencicit usai terjaga. Menangis, seperti orang kepupungan.

Saatnya hidupin tape. Selama beberapa bulan terakhir ini, tiga pemutar keeping CD dalam satu tape ini memutar Dialog Dini Hari/DDH (Tentang Rumahku), Tulus (Gajah), Pygmos (Kabar dari Hutan), Navicula (love Bomb), terakhir Nosstress (Perpektif Bodoh II). Selain Tulus, lainnya musisi indie Bali.

Satori antusias pada segala sesuatu tentang binatang. Termasuk kisahnya. Sebelumnya saya dan Anton paling bergosip pagi tentang lirik murung penyair Dadang Pranoto vokalis DDH. Kami menebak-nebak, kira-kira dalam kondisi seperti apa lagu-lagu itu diciptakan. Salah satu track yang paling sering digosipin adalah Aku dan Burung.

“Cengkramlah dahan dan hinggaplah, bangunlah sebuah sarang sebagai rumah. Lihatlah diriku tanpa warna tertawa pilu haru gempita. Aku tidaklah bebas sepertimu, terjebak dalam sangkar yang kubangun..”

Oke, mas Dadang ingin membuat sarangnya. Uhuk. Kami pun tertawa di atas kemurungan penyanyinya. Demikianlah musisi diciptakan. Menghibur kami ketika ia sendiri sedang sedih.

Tapi bisa jadi itu tentang hal lain, yang bertolak belakang dari perkiraan. Biarin aja, tiap orang punya cara untuk menerjemahkannya.

Untuk Satori, lagu ini jadi riang. “Burung, bunda, burung terbang.” Ini lagu burung yang ceria untuk dia.

“Bubur kayu, sarapanku. Bubur kayu, banjir bubur sebentar lagi banjir lumpur,” hentak Navicula. Bani bertanya apa itu bubur kayu. Kok bubur kayu enak? Lalu kami ngobrol tentang got depan rumah dan kertas. Navicula punya caranya mengisahkan narasi bumi ini.

Track favorit Satori, Ha Ri Mauuuuu…. Padahal pas pertama kali nonton klipnya ia berteriak menangis minta videonya ditutup. Ia histeris di bagian adegan harimau mati atau sekarat di klip yang dibuat Riri Riza ini. Kirain ia takut lihat orang pake topeng harimau loncat-loncat. Saking teringatnya sama harimau, dia minta dibelikan boneka mirip harimau di Gramedia yang sebenarnya singa itu.

Album perdana Pygmos adalah yang pertama kali hinggap di player yang baru dibeli. Duet kece badai dari Zenith-Sanjay yang malah kini lebih eksis dibanding band-band organic mereka Emergency Exit dan The Kantin.

Suara zenith kok bisa bening gitu. Termasuk ketika live di panggung-panggung kecil dengan sound minimal. Padahal sekilas perempuan santai ini pecicilan, tapi pas nyanyi jadi alim bin serius berdendang lagu Pohon Tua yang sacral atau nyodok “Short Conversation” with slice of pie and no stupid lie itu.

Keriangan Satori berlanjut. Dia hapal ekor-ekor kalimat dalam baris lirik Lagu Semut-Nosstress. “Aku semut hitam mau cari maKAN, jangan injak aku kaWAN.” Nah, dia nyanyi huruf-huruf capital itu. Di tiap baris liriknya.

Lagu ciptaan Man Angga ini memang tipikal jubir Nosstress ini. Jenaka dan sarkas. Senada dengan lagu Ini Judulnya Belakangan yang digemari Bani. “Bali, aku tinggal sebentar ya. Dari alammu yang katanya asri. Asri sebelah sana, eh sebelah sini enggak.” Noh, kena deh.

Terakhir lagu Gajah dari Tulus adalah bahan ngorte terakhir saya dan Bani. Dia beberapa hari ini bercerita beberapa kali diancam dan diejek temannya di sekolah. Ada satu dua anak yang sok jagoan lah. Ini siklus anak sekolah dasar, mulai kelas 3 cari anak buah lalu kelas 4 buat geng, kelas 5 dan 6 berlagak ganteng di depan teman perempuannya.

Mestinya saya dorong Bani berlagak jagoan ya. Haha. Kanggoang jadi jagoan dalam hati para perempuan deh.

“Waktu kecil dulu mereka menertawakan, mereka panggil ku gajah. Marah aku marah… Kau temanku kau doakan aku. Punya otak cerdas aku harus tangguh. Bila jatuh gajah lain membantu…..Yang terburuk kelak bisa jadi yang terbaik.” Ah, kisah bullying yang indah.

Sayang sekali klip yang dibuat Wardah Cosmetics untuk Gajah ini kurang pas dengan semangat lagunya. Video yang cantik tentang pusat pelatihan Gajah di Lampung tapi bukan itu yang ingin saya perlihatkan ke Bani mengenai semangat Gajah ini.

 

 

 

 

 

 

One thought on “Musik berkisah di beranda rumah”

Leave a Reply to a! Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *