Maaf ya, nanti kita lanjut di kemping blogging saja

Suatu hari di sebuah pos pengungsi Gunung Agung di Denpasar, saya melihat sosok perempuan muda ini. Panggilannya Ita, saya bertanya dengan Dokter Rai yang mengajaknya dan keluarga Rumah Berdaya bakti sosial mengajari pengungsi membuat kerajinan dari koran bekas.

Dok Rai bilang yang mengajarkan Rumah Berdaya membuat bokor, dulang dari koran bekas ya Ita. Saya lihat Ita telaten dengan kondisi punggungnya berbentuk S. Ia duduk miring.

Ibunya bilang, Ita mengidap skoliosis, gejala melengkungnya tulang belakang ke samping. Pengidap bisa sulit bernapas dan nyeri hebat remaja dan dewasa jika tulang belakang yang melengkung bertambah parah. Detailnya di sini https://www.alodokter.com/skoliosis

Dari perjumpaan itu saya baru mengenal hal baru, skoliosis. Entah bagaimana, saya akhirnya berteman dengan Ita di FB. Beberapa kali dia posting isi blog. Saya baca, dan ternyata asik sekali membacanya. Mengalir, jernih, dan apa adanya. Via tulisannya di blog saya merasa kenal Ita lebih dekat, dan dia juga sangat terbuka dan senang mengampanyekan isu kesehatan selain skoliosis juga marfan syndrom. Silakan cek blog Ita apa itu.

Ita menyampaikan dengan leluasa ide, harapan, dan aktivitasnya dengan gamblang di blog. Ini yang mendorong saya mengundangnya untuk kelas asik teknologi informasi (KASTI) sesi blogging, 20 April lalu di gudang Sloka Institute/Balebengong.

“Prinsip hidup saya hopeless. Mungkin heran apa maksudnya,” pancingnya. Ya, saya bengong. Ternyata maksudnya ia akan menganggap hari ini adalah hari terakhirnya. “Hidup spontan, menjalani tanpa beban dan sepenuh hati,” ia membuat kami terdiam.

Ada banyak cerita tentang Ita. Ia juga punya tangan ajaib, apa saja akan dibuatnya sendiri jika ingin misal wadah-wadah dari koran bekas, jepit rambut, baju, sandal, apa saja.

Barter suvenir di KASTI

Selain Ita, kami mendapat semangat untuk oprek blog dari Putu Adi Susanta aka Blijunk, ahli radiografi alias tukang rontgen di RSUP Sanglah Denpasar. Ia membuat Radiografer.net untuk komunikasi di organisasi radiografer alih-alih manual dengan berkirim surat, dan juga mengelola blog personalnya. Blijunk yang supel dan penebar pesona ini ternyata bisa serius sampai-sampai menyiapkan presenatsi khusus yang detail dan panjang sekali untuk kami.

Belasan peserta KASTI kali ini sebagian baru saya temui. Misalnya Almira anak SMA yang berbeda dengan sebayanya menekuni ngblog dibanding medsos. Ada juga Intan dan kawannya relawan dari New Zealand yang saat ini mendampingi sebuah yayasan anak di Tabanan. Dua relawan Rumah Berdaya calon psikolog, dan lainnya.

Ah, senangnya sesi kelas hari ini. Selalu, kelas blogging lagi-lagi kurang waktu. Mohon maaf ya kawan-kawan yang hadir, nanti kita sekalian kemping blogging deh. Yuk…

 

3 thoughts on “Maaf ya, nanti kita lanjut di kemping blogging saja”

  1. Kekurangan waktu dan saya kemalaman pulang hihihi. Seandainya Kastinya mulai pagi enak juga karena ga perlu pulang malam. Kebetulan hari jumat kami libur di yayasan hehe..

    Kalo ada acara kelas blogging lagi yang sampai malam kayaknya saya nginep aja di rumah sodara di Denpasar nih, mbok…

    Saya masih ada PR nih ngoprek blog yang diajarin bli Junk belum selesai, nok! Sama mau blogging satu per satu ke blog para peserta. Kemarin cuma buka aja belum sempat meninggalkan komen selain di blog mbak Ita.

  2. “Pengidap bisa sulit bernapas dan nyeri hebat”
    Kemarin mau nunjukin inhaler yang selalu dibawa kemana-mana, tapi gak jadi. Mau bilang kalau rasa nyeri itu saya anggap doa, tapi gak jadi lagi. Hihi 😀 Raut teman-teman di kelas nge-blog kemarin agak tegang. Saya jadi merasa aneh sendiri.
    Matur tengkiyu ya, Mbok Luh, atas kesempatannya. Tha seneng banget bisa dapet pengalaman baru gini. 🙂

Leave a Reply to luhde Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *