Kotaku Ramah (Sesaat)

tukad badung yg membelah pasar badung-kumbasari

Ribuan warga berkumpul di nol kilometer Kota Denpasar, merayakan akhir tahun 2010 dengan menikmati kenangan akan kota yang kini makin padat penduduk ini. Warga berharap kota Denpasar yang lebih baik tahun ini.

Sejumlah warga terlihat tertegun dan kadang tertawa menikmati potongan-potongan gambar yang direkam oleh beberapa komunitas fotografer di Denpasar.

Seorang perempuan pedagang canang yang bengong menunggu pembeli. Si pedagang canang menyandar di tembok bangunan tua yang masih sedikit tersisa di kawasan heritage Jalan Gajah Mada. Potret ini dibingkai dalam wadah kaleng minyak yang diterangi lampu neon di dalamnya. Ada juga potret kusir dokar yang juga melamun menunggu pengguna jasanya.

“Wah, Denpasar ternyata punya dokar juga. Lama tidak melihat dokar,” seru Anik, seorang ibu bersama anak perempuannya. Ia tak ingat Denpasar punya moda transportasi dalam kota tradisional yang kelihatan indah di bingkai foto. Padahal, keseharian dokar dan kusirnya adalah keterasingan dan kesepian.

Dokar makin sedikit karena kota tak memberikan ruang gerak bagi kuda yang berjalan perlahan ini. Klakson motor dan mobil terlalu sering mengusir mereka dari jalanan yang dianggap memperlambat.

Komunitas Lingkar dan Komunitas Lubang Jarum menyajikan puluhan fotonya dengan cara unik. Sehingga rekaman keresahan warga kota menarik perhatian pengunjung Denpasar Festival. Misalnya foto-foto hitam putih berukuran 3R digantung seperti jemuran tanpa frame.

Selain itu puluhan foto juga ada yang dimasukkan dalam plastic berisi air dan digantung seperti paket-paket ikan mas yang dijual. Foto terlihat lebih lebar karena efek plastic yang cembung.

Fotografer yang tergabung dalam komunitas ini merekam keseharian kota yang riuh, seperti pedagang pasar, anak-anak yang berebutan tempat bermain di taman, dan lainnya. Sebagian besar foto diambil di seputar Jalan Gajah Mada, Veteran, dan Lapangan Puputan Badung. Sepotong fasilitas pubik yang masih bisa dinikmati dengan jalan kaki atau berwisata kota.

Di sisi lain, ada potret sepasang muda mudi yang sedang kencan di sebuah sudut jalan dengan pemandangan patung Catur Muka yang gemerlap dengan lampu warna warni di sekelilingnya. “Wah, di dalam kota bisa untuk foto pre wedding juga,” sahut seorang perempuan yang mengagumi foto itu. Ia tak mengira ada sudut kota Denpasar yang terlihat indah difoto dan lokasi nongkrong. Foto itu diberi judul Senja di Catur Muka oleh Wahyu Prayasa.

Sekitar 15 foto dari Komunitas Fotografer Denpasar ini dipajang dalam frame dengan judul Beauty of Denpasar. Lebih banyak memajang potret peristiwa budaya dan keindahan alam di Denpasar. Misalnya festival ogoh-ogoh, yang dilakukan malam hari raya Nyepi, silent day di Bali. Juga ada foto aak muda yang sedang berciuman dalam ritual Omed-Omedan, yang dihelat tiap tahun di Sesetan.

Selain itu, wajah Denpasar yang multikultur juga diperlihatkan dengan foto sejumlah tempat ibadah non Hindu. Misalnya Peaceful Sakyamuni, sebuah vihara yang dipotret oleh Tjandra Hutama.

Selain pameran foto dalam beragam cara penyajian, ribuan warga terlihat menikmati suasana jalan yang disulap menjadi lokasi pameran dan pusat kuliner dalam Denpasar Festival ini. Anak-anak, remaja, dan lansia bertemu di satu titik, sebuah ruang public yang hangat.

Sayang, hal ini hanya bisa dinikmati beberapa hari. Setelahnya, warga bersiap menghadapi kemacetan, termasuk tahun 2011 ini.

Data kendaraan bermotor Denpasar di Kantor Samsat Bersama tahun 2009 mencatat jumlah sepeda motor mencapai 462.177 unit sementara mobil 115.161 unit. Jumlah ini diperkirakan jauh lebih banyak tahun ini. Artinya hampir tiap orang punya satu kendaraan pribadi. Pajak kendaraan dan bea balik nama adalah sumber pendapatan Kota Denpasar terbesar.

Tahun 2010 ini dirancang angkutan bus Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan) sebanyak 25 buah. Dari 17 trayek yang disiapkan, tahap awal dirintis tiga trayek yakni Batubulan – Nusa Dua, Batubulan – Bandara Ngurai Rai dan Lapangan Puputan Badung – GWK. Tiga trayek ini disasar paling awal karena termasuk ruas jalan paling macet.

Uji coba bus Sarbagita ini direncanakan sudah bisa dilaksanakan mulai November 2010. Namun hingga kini belum terlaksana.

I Made Suarnatha, aktivis lingkungan dari Yayasan Wisnu mengatakan tinggal menunggu waktu Denpasar menjadi Jakarta berikutnya. Ia mengharap warga harus menuntut hak akan fasilitas transportasi public di Denpasar. “Kota ini tidak ramah pada akses transportasi yang adil untuk para orang tua, difabel, dan mereka yang tidak bisa menggunakan kendaraan pribadi,” tambahnya.

5 thoughts on “Kotaku Ramah (Sesaat)”

  1. iya saya juga pernah lihat dokar di wilayah bali, bali memang mempunyai banyak pemandangan, budaya, dan masih banyak lagi, saya tidak bosan-bosanya datang ke bali

Leave a Reply to Wahyu Prayasa Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *