Gelisah dalam kenyamanan

dari web nosstress

Album ini sudah dikemas seperti sebuah pertunjukkan di atas panggung. Sebagai pembuka, Cok menyambut dengan buaian “Manipulasi Hati” bagi pengunjung.

“.. kau seperti dewa kau buat hidup ini berwarna. Kau bagai dewa kau buat orang terus bermimpi.” Setelah koor senang dan mulai termotivasi, Kupit mengajak minum kopi di beranda rumahmu. Aransemen ulang “Tanam Saja” yang membuat kita ingin mengelus capung yang entah di mana, sulit ditemukan karena air makin tercemar.

Tapi penonton masih tersenyum. Dan mungkin akan meledak tertawa ketika “Lagu Semut” didendangkan. Kemudian mendadak tersengat ketika merenungkan lagu ini tentang apa. Dan, makin sayang dengan semut hitam yang jalan-jalan di rumah. Haha. Tapi semut hitam di album ini memberi alarm pada situasi di pulau kecilmu ini.

Ketika investor berlomba membuat resor eksotis sampai membelah bukit seperti di Pantai Pandawa, ingin mengurug Teluk Benoa agar dapat sunset dan sunrise di tengah laut. Sementara di bawah kondominium, hotel, atau villa ada nelayan yang mengais sisa-sisa rumput laut yang rusak diterjang ombak.

Maka, kutipan Gandhi yang masyur memang jadi niscaya, bumi tak akan cukup untuk satu orang yang serakah.

foto dari page fb nosstress

Ini kenapa sudah lagu ketiga belum ada lagu cinta-cintaan sih? Nah ini dia di track empat. “Apa susahnya berkata cinta pada satu mahluk saja. Apa susahnya berkata cinta pada satu wanita saja….”

Berlanjut dengan baris-baris kalimat kecut di larik-larik berikutnya. Oh, lagu cinta merana. Pas dengan situasi saya saat ini. Merenung lama kenapa James Foley, jurnalis muda dari Amerika ini dipenggal, divideokan, lalu dikirim ke keluarganya. Cinta pada agama? Para pemenggal ini terlalu hina jika menyandingkannya dengan prinsip agama yang penuh welas asih.

Tapi jika pecinta agama seperti ini terus tumbuh dan subur, agama-agama akan mati. Anak-anakmu kelak akan muak. Padahal keberagaman membuat kita bisa menikmati aneka Jotan Lebaran, Natalan, Paskahan, Galungan, dan lainnya.

Saya akan berhenti di lagu ke lima. Bukan lagu baru karena pernah dibagi gratis termasuk dengan klipnya yang dibuat singkat oleh Hadhi Kusuma, videographer muda kalem dan kabarnya sekarang jomblo ini.

“Bali aku pergi sebentar ya. Pergi dari pantaimu yang katanya indah, yang di sekelilingnya berdiri hotel megah, wah.” Man Angga membuka babak kegelisahan baru manusia-manusia di Bali. Kegelisahan yang bisa dinikmati sambil bergoyang. Perspektif Bodoh II.

 

 

 

 

2 thoughts on “Gelisah dalam kenyamanan”

Leave a Reply to luhde Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *