Penyanyi rupawan sudah gak zaman

foto fb dialog dini hari
foto fb dialog dini hari

 

Selamat tinggal biduan rupawan. Era kini adalah mereka yang bernyanyi dan mencipta lagu dengan jujur, ya anggap saja demikian.

Muhammad Istiqomah Djamad (Is), Dadang S. Pranoto (Dankie), Muhammad Tulus Rusydi (Tulus). Ketiganya saya tonton baru-baru ini di Denpasar.

Konser Tulus di kampus Unud dipadati sebagian besar remaja dan mahasiswa. Remaja usia SMP dan SMA cukup banyak. Beberapa berperawakan gemuk, pipi chubby, dan kemeja kerah dikancing sampai habis.

Mirip penampilan Tulus di panggung. Para fans ini juga tak sungkan mengenakan  kemeja dengan motif garis horizontal atau warna gelap di bagian atas, yang tak direkomen fashion police untuk mereka berbadan lebar.

Pembuka konser ini salah satunya penyanyi muda Bali jebolan kontes. Sangat rupawan, dengan rambut klimis berjambul. Blazer rapi dan wangi. Sayangnya full cover version. Dengan gaya menyapa dan bergaya yang sudah dirancang jauh-jauh hari. Beberapa perempuan berteriak agar ia segera mengakhiri penampilannya. Tapi ada beberapa perempuan lain paling depan yang berteriak histeris memanggil namanya.

Lalu di Lingkar Arts, Dankie dan Is berbagi panggung. Cukup mengejutkan, Dankie menyanyi dengan ukulele di lagu awal. Biasanya selain menyanyi, ia memetik gitar di Dialog Dini Hari. Pria yang juga ngband di Navicula ini seperti biasa, menyanyi dengan vocal dan petikan yang kuat. Padahal kalau bicara dengan temannya, selow dan merunduk-runduk. Jika di panggung yang sama ada beberapa penyanyi lain, Dankie terlihat menonjol karena saat memulai buka mulut dan main gitar, suaranya menghentak. Seperti Iwan Fals lah.

Album terakhirnya Tentang Rumahku masih terasa sama kuatnya dengan album-album lain. Ada suasana murung, bahagia, terpekur dalam sajak-sajak yang didendangkan. Dankie terlihat sangat megah dengan karya-karyanya selama ini. Sekuat ikatan rambut gimbalnya yang makin meninggi dililit bandana. Jenggot, kumis, rambut dreadlock a la pemanku ini jarang saya dengar menjadi pembahasan di kalangan pecinta DDH. Keseringan celetukan teman perempuan muda, “aduh cakep banget ya mas dadang di panggung.” Ya, itu karena karyanya.

Setelah 10 lagu Dialog usai, muncul Payung Teduh. Untuk kali pertama saya mendengar lagunya dengan seksama dan menonton live. Sejak lagu pertama koor di belakang saya dari para pemuda, beberapa kumisan, jenggotan, gondrong. Mereka hafal judulnya sejak ketukan nada pertama. Lirik yang sulit dihapal ini dihabiskan dari lagu pertama sampai akhir.

blog-foto IS-payungteduh

Berkemeja putih lengan panjang, Is mirip Dadang yang fokus sekali dengan nyanyian dan alat musiknya. Sibuk. Tapi Is tak lupa membagi cerita di balik lagu-lagunya. Misalnya kisah teman yang meninggal dan mereka membuat lagu tentang rumput.

Ada teman perempuan bercerita tentang perkenalannya dengan lagu-lagu Payung Teduh. Tiap hari ia mendengar di kantor, lewat laptop atau headset di jalan. “Suara dan lagunya bagus sekali, eh ternyata orangnya gak seganteng itu. Tapi lagunya bagus, ibuku juga senang,” serunya.

Pendengar musik kini lebih banyak mendengar karya dulu, sebelum lihat foto-foto penyanyinya. Merasakan liriknya, baru gugling personilnya. Televisi yang lebih banyak menyajikan citra dan minus one tak laku di industry music masa kini. Bagi musisi, berkarya dan tampil sesuai kata hati makin seksi.

 

2 thoughts on “Penyanyi rupawan sudah gak zaman”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *