Nongkrong, ya Paling Asik di Pasar Badung Keto Lo..

Ini adalah postingan pertama dari obrolan of the week (OOTW) online Bali Blogger Community (BBC). Temanya, tempat nongrong asik di Denpasar pada khususnya dan Bali pada umumnya. Tsailah..

But, karena beberapa tempat nongkrong yang asik (dan pernah saya kunjungi) sudah diulas Anton dan Anima, saya ulas tempat jalan-jalan plus nongkrong aja.

Untuk ini, hanya satu tempat yang sangat ingin saya bahas. PASAR BADUNG!

Entah kenapa, pasar tradisional terbesar di Bali ini selalu menjadi tempat favorit saya. Selalu pengen belanja banyak. Terutama makanan.

Saya akan buat rute road show Pasar Badung 24 jam untuk panduan kita memahami betapa Pasar Badung emang ga ada matinye. Kalah deh hypermart, giant, hero, dan segala koorporasi usaha ritel yang kini makin menjajah. Halah, kaya gak butuh aja ya.

Ritel besar penting kalo kita mau belanja bawa bayi. Jadi kita bisa “mencampakkan” anak kita di gerobak dorong trus sok serius belanja banyak, padahal kebutuhannya cuman odol. Haha…

Satu hal lagi, mata tak berhentinya nengok gerobak tetangga shopaholic lain yang hilir mudik, ngecek belanjaan orang. Trus memaki (dalam hati), “Siyal, belanjaan doski kok banyak banget, kayanya hampir sejuta tuh.” Hehe..

Kembali ke rute roadshow…

Mari kita pilih hari yang longgar untuk ke Pasar Badung, Hari Minggu. Jam 7 pagi, waktu yang baik untuk mengisi perut dengan sarapan asik. Masuk ke pasar lewat pintu masuk Jalan Gajah Mada atau Sumatera.

Cari parkir di dalam saja, karena kalau pagi tempat parkir sepi. Petang hingga dini hari baru digusur dagang2 mobil yang empet-empetan di dalam.

Tempat makanan di lantai dasar dan lantai III. Ayo kita naek aja langsung ke lantai III, menyusuri dagang-dagang baju, sampai menemukan macam food court. Cari spot yang paling rame, tapi warungnya kecil. Ada papan namanya bergelantungan di plafon beton. “Bakso Paimin, Sedia Kare Ayam, Bakso, Bubur Ayam.”

Sepiring tipat kare ayam bakso yang tiada duanya deh. Bumbu kare penuh rempah dan bakso yang pulen. Sepiring Rp 5000, porsinya cukup besar.

Dessertnya, pindah aja ke meja lain sepelemparan batu dari Bakso Paimin ini. Kopi bali nomor satu plus pisang goreng hangat. Pedagangnya selalu buat yang baru, masih kriuk kriuk.

Tak terasa sudah jam 08.30, nongkrong aja di tembok lantai yang tembus terlihat dari lantai bawah (apa sih istilahnya dalam dunia arsitektur?). Melihat penjual dan pembeli lalu lalang bertransaksi dari lantai III, lumayan asik. Difoto-foto juga asoi.

Jam 09.00, jalan-jalan di lantai dasar. Spot yang asik adalah di jalur pedagang buah. Sebagian pedagangnya udah lansia, paling enak diajak tawar menawar. Cobain sepotong buah nangka Rp 2000/slice.

Keluar bentar, cari udara segar. Keluar lewat barat, trus cari Pura Beji yang berada di Sungai. Pura ini unik. Setiap tahun diterjang air sungai yang meluap karena menumpuknya sampah di sungai, namun tak sampai membuat pura ini rusak parah.

Padahal, beneran lo diterjang banjir bandang dengan sampah-sampah dari hulu sungai. Biasanya yang raib itu perlengkapan pura seperti payung hiasnya.

Nongkrong di areal ini, kamu bisa merasakan bahwa pasar tradisional itu penting banget. Ribuan perempuan jadi mandiri karena bisa bekerja, ratusan lansia yang masih sehat karena terus bisa bersosialisasi dengan temannya. Tak lupa, pengemis dan buruh anak yang terpaksa ikut ibunya meburuh (jadi buruh pasar), karena gak ada yang ngurus di rumah.

Everybody has their right. Bandingkan dengan kepemilikan tunggal francise ritel. Tapi, sekali lagi, supermarket itu penting juga untukku dengan alasan di atas. But please, jangan sampai supermarket lebih penting dari pasar tradisional.

Eh, udah jam 12 ya. Sekarang lunch pesan tlengis (dari residu minyak kelapa) isi udang dan jukut serombotan di emperan pasar. Deket areal lantai dasar, tapi di bagian luar. Rp 4000/porsi.

Jongkok di tempat lowong, di deket tangga. Dessert-nya bubuh injin (bubur + ketan hitam) campur bijik, batun salak, daluman, santan, gula merah. Sllurrp.. Ini Rp 2000/mangkok.

Nah, sampai jam 12 aja. Udah puas.. Kalau malam, lebih merinding disko karena dagang-dagangnya kebanyakan masih muda, bahkan sangat muda.

18 thoughts on “Nongkrong, ya Paling Asik di Pasar Badung Keto Lo..”

  1. pandebaikdeh: saya ndak suka kuah pindang, rujak gula gen. iya, es campur di lantai III yahud. lupa masuk.. hahaha..

    devari: sing ade asane. adanya catur. tapi kalo malam kayanya lebih banyak lagi game-nya. maklum para sopir dan bapak2 ndak betah nunggun istrinya terus cari permainan. yang “berbahaya” juga ada

  2. Wadow., jalan2na dari jam 7 mpe jam 12 donk… ck..ck..ck..

    Perlu dicoba nih kayakna rekomenna mbok luh de., tapi ada satu masalahnya…, susah bangun pagi nih…:D

    *btw, susah tak nyari dagang baksonya?

    1. yuna: pak min dagang baksonya cuma satu2nya di pasar badung lantai III. sebelahnya, kakakku jualan soto sapi. pacarmu kayanya suka banget soto, cobain deh..

  3. Saya terakhir ke pasar badung waktu umur 6 tahun. Sekarang cuma lewat aja. Dulu saya sering terpisah-pisah dari ibu saya.

    Sekarang, kalau ke sana sendiri, kayanya ndak berani. Takut ntar malah jadi orang udik di pasar tradisional karena ndak tau apa-apa di sana.

  4. wah…mantab ceritanya Bli..aku juga pernah ngalamin hal yang seperti itu cuman malam hari…jalan-jalan dan cari tempat nongkrong. eh terdampar di pasar badung..maklum pendatang dari jakarta…salut buat pasar tradisionalnya yang bersih dan penataannya yang rapih.

  5. huhuhu….ga pernah makan di peken badung…..palingan beli bunga diluar aja pake buat canang….

    orang Denpasar sing taen makan di Peken badung…

  6. Salam kenal dari Melissa di KulinerFiesta.com, sebuah web komunitas kuliner.
    Tempat yang disebutkan memang yahud and maknyus.
    Nggak rugi untuk mencobanya.

Leave a Reply to Indra Long Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *