Euforia pulau cinta

Seberapa agresifkah gunting sensor memotong film Eat, Pray, Love yang dibintangi Julia Roberts kelak jika sampai di Indonesia? Maka, sebelum nonton di bioskop, cari dulu versi unsensored dong… ntar saya pinjem. Hehehe.. Kenapa kemungkinan si pemegang gunting agak agresif, seperti perkiraan saya di atas?

Pertama, nona Elizabeth Gilbert alias Liz, panggilannya di memoarnya itu menuliskan bayak hal provokatif tapi aktif alias factual di sebagian besar scene-nya soal Bali. Babakan hidupnya dikasi judul  L.O.V.E di Bali karena ketemu cowok yang bisa mencuri hatinya. Tapi sebenarnya menurut saya  malah bab ini soal keseimbangan dunia di mana Liz termehek-mehek ketemu dunia yang gak cuman hitam putih di Bali.

Kalau hitam putih kan to the point. Kalau emang suka nipu yang memperlihatkan tampang dan sikap penipu. Kalau lugu ya totally lugu.

Nah, pas di Bali, tengkejut atine nona Liz luar biasa. Ada jleme lugu tapi kok di belakang-belakangne meres. Ada masi soal turis-turis ane pangenahne jeg jatuh cintrong san mendalam jak Bali, lamun atine gedeg krana ternyata Bali sing ja cara bayi tanpa dosa cara liu buku-bukune ane mooy nyeritaang keto.

Dunia yang tak hanya hitam putih memang tak di Bali saja. Di Swiss atau Brunei yang damai tentram juga pasti banyak yang begitu. Tapi masalahnya terlalu banyak buku-buku atau iklan pemerintah yang terlalu ngajum Bali sebagai manusia yang adiluhung. Penuh senyum, baik, ramah, sederhana, dan sangat spiritual. Benarkah demikian? Silakan dijawab. Ne be dadine, lamun jeg bes ngae citra.

Kalau kelebihan gaya dan citra, pasti jadinya banyak buku atau memoar berikutnya yang berisi kisah-kisah seperti Liz ini. Terkaget-kaget mengetahui ada 1001 jenis perilaku dan manusia di Bali. Asane berlebihan masi si Liz. Masak amonto gen makesiab. Cara sing taen katemu jak jleme culas di kampungne.

Soal cerita-cerita yang membuatnya termehek-mehek itu misalnya ada di cerita soal perempuan bali yang jadi balian herbal, perempuan bali yang susah hamil, dll. Nah silakan baca aja deh bukunya.

Gubernur Mangku Pastika selama beberapa bulan ini pun sedang didera demam eatpraylove. Di acara-acara resmi yg mengharuskan pak gub pidato, kerap menyisipkan kalimat seperti ini, “Bali tak hanya the island of gods, tapi skarang the island of love. Julia Robert syuting di sini, dst dst…”

Trus terakhir, pejabat pariwisata juga akan membuat PAKET WISATA EAT, PRAY, LOVE. Woho, bagusss… jangan lupa rute-rute sisi gelapnya juga pak.

Bali offers tourists ‘Eat, Pray, Love’ package

The Jakarta Post | Wed, 08/18/2010 11:33 AM | Bali

A | A | A |

The Eat, Pray, Love movie starring Julia Roberts is expected to attract more tourists to Bali, as travel agents are offering a package to follow the trail of movie character Elizabeth Gilbert’s journey on the resort island.

Tourists will get the chance to feel Gilbert’s romantic experiences in Bali through a series of visits to places screened in the movie.

The package was launched by the Culture and Tourism Ministry on the sidelines of the recent movie premiere at Ziegfeld Theatre, New York, Bali Tourism Board chief (BTB) Ngurah Wijaya said.

“We promoted an ‘Eat, Pray, Love’ tour package during the premiere,” Wijaya said.

The package includes trips to Benoa seaport, Ubud in Gianyar and Padang Padang Beach in South Kuta, as well as a visit with Gilbert’s spiritual guru, Ketut Liyer.

Tour operators would offer the package through Indonesian consulates in several countries, such as Germany, Italy, India and Australia, Wijaya said, adding that tour operators would cooperate with overseas travel agents to promote the packages.

“Some BTB travel agents are already promoting this package,” Widjaya said.

10 thoughts on “Euforia pulau cinta”

  1. unik sekali tulisannya…(saya baca sambil senyum2)…
    memang terkadang banyak hal yang dikondisikan agar Bali terlihat penuh cinta,,(mungkin salah satunya melalui promo unik menarik dari BALI 1 dalam tiap pidatonya)…padahal masih banyak hal yang malah membuat miris, atau mungkin yang membuat tak percaya jika di tempat yg notebenenya ‘senyaman’ Bali, masih mnyimpan borok disetiap celah pelosoknya….mulai dari pengalihfungsian lahan, megerengan tanah kubur, sampai tindak kekerasan terhadap anak-anak…
    tapi ya setidaknya mudah2n bisa terinspirasi untuk senantiasa bertindak sesuai dg judul film ini. (pang ada iusan positif wusan anggene syuting film niki..^_^) dumogi pak ketut liyer dan semua yg mendukung pembuatan film ini juga kecipratan bekennya….hehehe
    salam kenal mohon bimbingannya
    (doi)

  2. Tour operators should be aggressive in their approach in their indirect markets as part of the global strategy in marketing tourism in Indonesia.

    I watched the movie here while in New York, made miss Bali even more..

    Fine Bloggers like yourself, really ought to continuously advocate this further and more creatively. Thanks for writing this.. hugs from Kuwait..

  3. yah? kok mixed bahasa bali huhuhu *terjemahan please?
    ini komentar kalau ga salah nangkep. tapi bukannya tiap film gitu ya? *tergantung flmnya ding* aku inget pas nonton home alone 2, new york kok kayak film yang indah dan cukup aman. padahal …., atau waktu nonton meteor garden, kesannya taiwan tuh bersih, sejuk, nyaman. padahal ….. :p

Leave a Reply to Agus Lenyot Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *