Curhat di Penggorengan Lapas

IMG_2804

Maret 2014. Selesai dari sini aku akan pulang. Sesampai di rumah aku kan tidur.

Itu adalah penggalan karya E, puisi pendek dalam ebook yang dipamerkan di Pameran Kreatif Bersuara oleh napi anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak di Karangasem, pada Rabu (14/5) lalu. Kalimat yang sederhana sekaligus tajam. Pulang dan tidur yang nyaman di rumah sendiri. Itu pasti paling dinanti dari perjalanan hampir 30 anak yang masih dipenjara saat itu.

Dalam ebook ini ada 50 karya esai, puisi, dan lirik lagu yang dibuat dalam Lapas. Sebagian karya yang dibuat sejak akhir tahun lalu, setelah mereka mendapatkan sebuah buku tulis dari tim Yayasan Seni Sana Sini/OneDollarforMusic  yang memfasilitasi program Kreatif Bersuara ini. Beberapa orang anak kemudian dipilih temannya untuk menyeleksi karya yang akan ditampilkan dalam pameran ini. 

Selain dalam bentuk ebook, sejumlah puisi dan esai juga dituliskan dalam benda-benda keseharian di Lapas. Ada panci, talenan, karung beras, sprei, sarung bantal, tshirt, dan lainnya. Misalnya di pantat penggorengan, Ka, 17 tahun menuliskan kemarahannya.

“Dulu saya pernah ditinggal ibuk saya. Karena ayah bertengkar dengan ibuk, karena ayah saya suka mabuk tiap hari dan judi. Lalu ibuk saya pergi dari rumah ketika umur saya 4 tahun. Ibuk saya tidak pernah pulang selama 3 bulan. Waktu itu saya sangat marah sama ayah saya, lalu saya pergi dari rumah.”

Selain teks, juga ada lukisan yang dibuat di atas kanvas serta mural di tembok belakang Lapas. Mereka membuat karya bebas, ada yang melukis band penjara, dan figure-figur perempuan dalam berbagai gaya. Misalnya lukisan berjudul Lueng, bergaya sketsa tentang keinginan memiliki pacar. Juga ada perempuan bergaya ala disc jockey. Ada juga berjudul Drag Race, tentang keinginan menjadi pembalap di arena lomba tak hanya jalanan.

Di music, anak-anak band yang terbentuk di Lapas memperlihatkan lagu-lagu ciptaannya. Setidaknya ada 6 penampil band dan penyanyi solo dari dalam penjara. Mereka adalah Feat Band, TheBui, 86 band, dan lainnya.

Dari luar penjara ada bintang tamu seperti band Pygmy Marmoset, duo Sanjaya dan Zenith yang renyah dan merdu menyanyikan beberapa lagu dalam album barunya. Hal unik yang dilihat anak-anak adalah melihat Zenith memainkan beberapa alat music yang tak biasa muncul di panggung namun memperkaya bunyi. Di antaranya pianika dan belira.

Kemudian ada Dadang, vokalis Dialog Dini Hari dan gitaris Navicula. Dua band beda genre yang ngetop di Bali. Dadang secara menakjubkan melagukan dua puisi karya Ketut Ju. Ini gimmick yang memberi energy sekaligus antusiasme baru. Puisi tentang cinta dan ibu itu dilagukan secara langsung, tanpa persiapan dan spontan di panggung.

Pasang surut

Jejak curahan hati (curhat) itu menandai enam bulan program Kreatif Bersuara ini dijalankan. Tak selamanya mulus, karena ada pasang dan surut. Ini bukan pekerjaan untuk mengejar angka capaian. Namun menyemai persahabatan. Merangkai benang kepercayaan. Ketika keberanian untuk mengakui kesalahan, memuntahkan kebosanan atau ketidakadilan, dan membagi mimpi mulai muncul, itu adalah kemenangan besar.

Seperti yang terjadi beberapa bulan terakhir ini, Anak didik Lembaga Pemasyarakatan (Andikpas) ini sudah bisa menentukan workshop apa yang diinginkannya. Sebelumnya, mereka memutuskan untuk berhitung, membagi diri ke kelompok bilangan genap dan ganjil untuk masuk di workshop seni dan desain atau kelas menulis. Dua workshop ini selalu di hari yang sama, sementara workshop music mendapat waktu sendiri karena perlu waktu lebih lama untuk menyetel alat music serta melatih keterampilannya.

Mereka kini memilih tak berhitung namun langsung membagi diri sesuai minat. Di workshop menulis, dipastikan ada sekitar 5-8 orang yang mengikuti. Beberapa Andikpas sudah menulis apa pun dengan intens, sedikitnya tiga buah buku sudah penuh dengan tulisan tangan, doodling, dan lainnya.

Dua orang berkali-kali meminta untuk dibuatkan buku karya mereka sendiri. Mereka tak berharap dicetak pabrikan, hanya dikumpulkan dengan rapi, dibendel, sedikit sentuhan tata letak, kemudian diprint.

“Saya bosan sekali di sini. Tapi ingin menyimpan kenangan ini,” seru salah satu anak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *